Tuesday, December 26, 2006

Wish List 2007

Misi saya adalah untuk hidup dengan integritas dan membuat perbedaan bagi hidup orang lain, menjadi sukses—secara materi dan non-materi—bagi diri sendiri, keluarga maupun lingkungan interaksi saya.

Paragraf di atas adalah wish list seumur hidup gw. Berbasiskan misi hidup tersebut dan review wish list gw di tahun 2006, berikut ini adalah wish list 2007 gw, tidak dalam pengurutan apapun:

Refresh wiradikusuma.com and keep it smoking
Obsesi gw adalah menjadikan wiradikusuma.com digital portfolio gw. Kurang lebih website itu bisa menjadi tempat resume (curriculum vitae) dan etalase karya-karya gw. Obsesi sekunder adalah menjadikannya ajang narsis pribadi.

Buy notebook
Gw masih menunggu peluncuran Windows Vista di akhir Januari 2007. Gw ingin beli notebook yang sudah Vista Premium Ready dengan harga yang masuk akal. Harapan gw, ketika Vista versi personal resmi beredar (versi korporat dirilis Desember ini), harga notebook multimedia akan menurun. Budget gw dibawah 15 juta. Semoga saat itu tabungan gw cukup ;-)

Escalate career
Selama gw masih (mampu) bekerja, selama itu pula gw akan terus berusaha menjadi lebih baik. Secara high level, gw mengharapkan perkembangan diri seperti intelektualitas yang lebih terasah, proficiency yang lebih tajam di bidang yang gw tekuni dan kemungkinan penjajakan wilayah keilmuan baru (kursus tato? Kelihatannya menyenangkan). Gw mengharapkan aktualisasi diri yang lebih baik (dan pendapatan yang lebih besar, hehe).

Help Dad's business
Gw ingin membantu lebih banyak lagi. Harapan gw di tahun 2007 adalah Papa dapat memanfaatkan ICT (Information and Communication Technology), terutama Internet, lebih baik lagi untuk kepentingan bisnisnya dan organisasinya. Gw mengharapkan usaha Papa berjalan lancar. Amin.

Sekaligus menjawab pertanyaan orang-orang yang berpikir kalau keluarga gw adalah keluarga jago IT: Papa mengetik di file yang sama untuk semua dokumennya (disambung-sambung kayak kereta). Mama membantu Papa “ke jalan yang benar”, namun beliau sendiri terlalu canggih memakai komputer sehingga gw sering bingung, “Kok komputer ini bisa rusak ya? Padahal cuma dipakai untuk mengetik! Hal ajaib apa sih yang Mama lakukan?” Bagaimana dengan kedua adik-adik gw? Mereka membuat speaker dan amplifier mahal gw rusak, entah bagaimana caranya (mereka selalu menjawab, “Gw nyetel musik seperti biasa kok!”). Intinya, keluarga gw adalah tipikal keluarga biasa.

Celebrate 25 years of my parents' anniversary
Juni 2007 tepat 25 tahun pernikahan ortu gw. Bulan itu juga Mama tepat berusia 60 tahun. Sebagai anak cowok satu-satunya, sulung, gw berkewajiban memberikan yang terbaik untuk momen spesial ini. Gw belum tahu celebration macam apa yang akan gw adakan, semoga gw mampu memberikan yang terbaik untuk event ini. It's been a duty of mine to serve mom and dad well.

Deliver DEWANTARA
Dewantara adalah sebuah proyek open source school/student information system. Pengembangan Dewantara harusnya sudah dimulai sejak akhir tahun 2006. Tapi karena kesibukan yang luar biasa (sampai lupa mencukur jenggot sehingga mirip The Beegees. Keren), gw menundanya sampai tahun 2007. Gw masih mengumpulkan orang-orang yang tertarik dengan kolaborasi ini.

Tertarik bergabung? Ini mungkin ga mendatangkan keuntungan finansial secara langsung, tapi Dewantara bisa jadi langkah yang tepat untuk masa depan kita (ya, termasuk Anda) yang lebih baik. Cari tahu kenapa.

Write a book about anything
Gw tetap ingin menulis buku, tapi kali ini gw lebih realistis. Gw tidak akan menyebut topik karena itu akan berubah. Gw percaya yang gw buat nanti baik. “Teknik menggaet wanita” juga baik kok.

Write regular articles
Obsesi gw adalah menjadi kolumnis di media berita populer. Itu sebabnya gw mulai rajin menghidupkan blog ini, hitung-hitung sebagai ajang latihan dan unjuk gigi (kalian ga benar-benar melihat gigi gw disini, ini ungkapan) Kita lihat sejauh mana gw bisa mewujudkan obsesi ini.

Give lecturing
Percaya atau tidak, mengajar—terutama menjadi dosen, meski paruh waktu—adalah salah satu impian gw sejak dulu (sebenarnya gw ingin jadi astronot, tapi itu sebelum gigi gw berlubang). It's fun to share knowledge dan melihat ilmu kita bermanfaat bagi orang lain. Sebelum lulus kuliah gw pernah mencoba kemungkinan mengajar di IBII (begini kan tulisannya?), tapi mereka mensyaratkan S2. Gw penasaran kenapa wajah imut gw ga membantu.

Buy motorbike
Psst.. sampai detik ini gw belum bisa naik motor lho! Tapi jangan kuatir, gw akan serius belajar mendekati tanggal pembelian. Kapan ya?

Oh ya, sepertinya gw akan membeli Honda Vario (atau sejenis yang automatic). Gw sangat sangat sangat menginginkan “motor cowok”, tapi karena pertimbangan utilisasi (Mama dan adik-adik gw bisa pakai kalau perlu) gw tetap memilih motor bebek.

Visit dentist regularly
Semoga bukan karena gigi gw tiba-tiba bermasalah di tahun 2007!

Regularly work out
Gw belum pernah ikut fitness (habis ga ada mau gw ajak), tapi gw kadang (ga terlalu sering sih) berenang, jogging dan olahraga di rumah ( push-up, sit-up, etc). Kalian boleh ga percaya, tapi dulu perut gw six pack bro! Itu waktu gw SMA dan awal-awal kuliah.. :-D

Sekarang gw mau meremajakan diri lagi. Gw akan berusaha rutin olahraga, kalau perlu ikut fitness. Seperti kata semboyan, “Di dalam tubuh yang sehat terdapat pikiran yang sehat” (hmm.. jadi selama ini pikiran gw ngeres karena..).

Eat more vegetable, less meat
Penelitian menunjukkan bahwa orang ber-IQ tinggi di waktu kecil cenderung menjadi vegetarian ketika dewasa. Hmm.. orang akan berpikir gw jenius ketika melihat gw makan sayuran. Keren.

Maintain healthy lifestyle
Kalian yang mengenal gw pasti tahu kebiasaan makan gw: (banyak) minum air putih, ga makan yang manis, sebisa mungkin makan sayur. Gw mau mempertahankan semua kebiasaan baik itu. Tapi sejak gw kos, agak susah eui!

Gw juga akan meningkatkan intensitas olahraga gw, mengurangi kebiasaan bobo terlalu malam, dan yang terpenting.. patuh pada agenda yang gw buat!

Make commitment in relationship
Thomas jatuh cinta? Haree geenee? Jangan begitu dong, hiks.. programmer kan juga manusia. Mari kita nantikan “365 hari mencari cinta” ;-)

Seriously , gw lagi belajar untuk ini. Ternyata nyakitin banget. Bagaimana caranya menunjukkan rasa sayang tanpa menyakiti orang yang kita sayang?

Take my family on a memorable vacation
Gw mengharapkan liburan akhir tahun yang menyenangkan!


Seperti terlihat di atas, esensi 2007 adalah karir, kesehatan, keluarga dan kemungkinan komitmen. Menggabungkan semua itu adalah tantangan yang sangat berat (contohnya, achievement di karir kadang mengorbankan kesehatan, keluarga dan komitmen dengan orang yang kita cintai), namun itu tidak mustahil. The key is finding balance.

Secondary wish list (nice to have): Beli kamera digital SLR, kembali bermain musik (gw kangen gitar listrik gw!), kursus anggar (Mama mantan atlet anggar nasional, masak gw kalah!) dan berlibur ke Lombok (belum tau siapa yang akan gw ajak).


Soli Deo gloria—To God alone be glory. I'm just an instrument.

Friday, December 22, 2006

Happy Mother's Day!

Sudahkah Anda mengucapkan "Happy Mother's Day" ke mama Anda?

Kalau belum, segera telpon beliau dan katakan Anda mencintainya!

Thursday, December 21, 2006

Acknowledgements

Sebentar lagi tahun 2006 akan berakhir dan digantikan tahun yang baru. Orang-orang datang dan pergi, beberapa kehadirannya sangat berkesan hingga mempengaruhi pemikiran dan perkembangan diri saya. Banyak dari mereka yang jarang bertemu saya, sebagian bahkan hanya sekali dua kali. Nevertheless, kehadiran mereka sangat bermakna.

Salah satu definisi “Acknowledgement” menurut Merriam-Webster adalah “a thing done or given in recognition of something received”. Blog ini adalah ungkapan apresiasi saya kepada orang-orang yang kehadirannya memberi nilai bagi hidup saya dua-tiga tahun belakangan ini. Tanpa mereka, mungkin saya bukan saya yang sekarang menulis blog ini.

Sebagai bentuk hormat, saya akan menyebutkan nama mereka secara lengkap, setahu saya. Saya tidak akan menyebutkan jabatan karena saya menghormati mereka sebagai pribadi. Berikut ini orang-orang spesial itu:

Astri Dwi Setiarini, mantan saya. Kehadiran (dan kepergian) Astri mengubah paradigma saya mengenai commitment in relationship.

Om Ashur Wasif, Aneka Tambang. Beliau memberi napas baru bagi perusahaan Papa, which in turn, berpengaruh banyak terhadap saya.

Om Binarta Arsie, dokter keluarga saya. Bagi saya, beliau adalah dokter sebenar-benarnya. Beliau low profile, namun justru itulah yang menunjukkan integritas beliau.

David Limanus, rekan skripsi saya. Sikap konservatif dan precatious David mengimbangi sikap saya yang meledak-ledak dan penuh kejutan. Tanpa David, skripsi kami mungkin tidak akan selesai.

Om Eddy Chandra, Asuransi Wahana Tata. Beliau banyak memberikan bantuan dan dukungan bagi saya dan keluarga saya. Meskipun sibuk, beliau masih sempat mengajar di universitas. Ini sebuah panutan.

Edy Sungkono, Berca. Perjalanan seribu mil dimulai dari langkah pertama. Edy memberikan saya kesempatan untuk melakukan langkah pertama itu.

Frans Thamura, Java User Group Indonesia. Saya tidak suka mengandalkan jabatan maupun posisi, namun “jabatan” Moderator JUGI yang Frans berikan membuat saya mampu berbuat lebih banyak untuk Java yang telah membesarkan saya. Percakapan dengan Frans juga membuka cakrawala saya beyond programming.

Johan, Asuransi Central Asia. Johan mengenalkan saya pada Java User Group Indonesia dan .NET. Kedua exposure ini sangat krusial bagi karir saya. Johan juga memberikan sudut pandang realistis bisnis terhadap software development.

Laura Natalie, Indosat. Kehadiran Laura membuat saya menoleransi jerawat di wajah saya sebagai ekspresi hormon. Secara bertahap saya mulai mendefinisikan ulang pengertian relationship.

Tante Lisnawati Rijab, famili saya. Bantuan dan dukungannya begitu besar kepada saya dan keluarga saya, sampai Mama secara pribadi request agar beliau disebutkan disini.

Marcos, Asuransi Central Asia. Kebiasaan Marcos ngecengin saya terutama di awal karir saya di ACA justru melatih saya mengembangkan “lingkaran pengaruh” dan beberapa prinsip tentang integritas yang saya pelajari di The Seven Habits Of Highly Effective People. Marcos sekarang adalah teman baik saya.

Babe Onno W Purbo, tokoh IT Indonesia. “Tunjukin kalo lo sakti!” adalah kata-kata beliau yang terus terngiang di telinga saya. Dulu saya kurang respect terhadap nama besar beliau (“Just an ordinary guy with extraordinary marketing gimmick,” sinisme saya waktu itu). Tapi setelah bertemu langsung, beliau memang just an ordinary guy,with extraordinary talent :-)

Sugi, Asuransi Central Asia. Sugi mengajarkan saya bagaimana friendship yang tulus dapat terjadi di dunia kerja. Sugi juga menjadi teman bicara yang kritis dan menyenangkan.

Koko Thomas Athanasius, Elex Digital. Koko Thomas memberikan saya kesempatan yang besar untuk mengenal dunia software multimedia sekaligus mendapat benefit finansial dari situ.

Om Tossin Himawan, Astra Honda Motor. Beberapa pengalaman menarik di AHM tidak akan saya alami jika kesempatan untuk itu tidak pernah ada. Beliau membuka pintu kesitu dan membantu saya lebih dari yang saya pikirkan.

Om Wikaria Gazali, Universitas Bina Nusantara. Salah satu dosen berdedikasi terbaik yang pernah saya temui. Beliau berjasa besar bagi saya, selama kuliah sampai sekarang. Sikap low profile beliau semakin membenarkan pepatah padi, semakin berisi semakin merunduk.

Teman-teman di Java User Group Indonesia. Mereka memperluas pengetahuan saya di bidang yang saya tekuni dan cintai.

Teman-teman di Aku Ingin Bercerita. Mereka tempat terbaik untuk mencurahkan puisi-puisi melankolis saya.

Teman-teman di PMKRI. Mereka menunjukkan sisi lain keping hidup saya sebagai mahasiswa.

Orang-orang yang saya temui di IWIC. Mereka membuka dimensi baru dalam hidup saya. Beberapa orang potensial untuk saya sebut di Acknowledgements tahun depan ;-)

Anung, Andit, Arthur, Rino dan Boi atas persahabatan yang tulus.

Terima kasih untuk Mama, Papa, kedua adik-adik saya yang manis, Mami Eng dan saudara-saudara saya yang saya tidak hapal namanya, namun sangat-sangat membantu saya dan keluarga saya.

Terima kasih terbesar saya untuk.. Saya tidak mampu menyebut nama. Terima kasih untuk semua berkat yang terus mengalir, untuk pribadi-pribadi hebat yang hadir dalam hidup saya, untuk menjadikan saya instrumen bagi kebahagiaan saya dan sekitar saya.

Akhir kata, mohon maaf kalau ada yang merasa berjasa namun namanya tidak saya sebutkan. Saya dengan senang hati menerima koreksi dan masukan.

Wednesday, December 20, 2006

IWIC – the show, part 3 (the end)

Kalian melihat kalender dan bergumam, “Right. Sudah sebulan lebih IWIC berlangsung dan Thomas baru menceritakan babak terakhirnya.” ABCD. Aduh Bo, Cape Deh! (kalau kalian mengernyitkan kening ketika membaca kalimat itu, blog ini sudah terlalu basi untuk kalian baca! Ini tahun 2006 kan?). Mari kita lanjutkan..

Rabu, 15 Nopember 2006
Pagi menjelang siang kami berangkat ke Bandung. Karena dari Bandung akan langsung ke Jakarta, kami membereskan wisma tempat kami menginap, ga lupa nyolong sabun dan sampo dengan dalih kenang-kenangan (handuknya kami tinggal, terlalu berat).

Tujuan pertama adalah ITB, berjumpa dengan Tim Arjuna yang memenangkan Kontes Desain LSI di Jepang. Di tengah presentasinya, Albert sebagai wakil tim membicarakan tentang peta di ponsel yang populer di Jepang.

Wah, ini mirip konsep yang saya bawa di IWIC! Konsep saya bahkan jauh lebih sophisticated dari yang dia bicarakan. Kebetulan disitu ada pimpinan(?) Indosat daerah Jawa Barat, saya lalu promosi ide saya ke beliau. Tapi kok ga ditindaklanjuti ya? Ga sayang tuh ide saya keburu diimplementasikan operator lain?

Selesai presentasi saya berbincang banyak dengan Albert. Ternyata kami sebaya. Topiknya seputar perkembangan teknologi dan (lagi-lagi) kurangnya perhatian pemerintah terhadap teknologi. Dia juga bercerita bahwa dia menerima beasiswa untuk melanjutkan S2 di Jepang. Albert sungguh beruntung.

Kemudian kami rombongan IWIC ke markas Aa Gym menikmati makan siang di Dapur Teteh (pakai “h” ya). Tim Arjuna juga ikut. Selesai menyaksikan serah terima bantuan Indosat untuk pembangunan gazebo disitu, kami mampir membeli oleh-oleh (makanan) lalu parkir bis di Jalan Riau. It's fashion hunt time!

Oh ya, ketika menunggu bis yang membawa kami dari Dapur Teteh, salah seorang EO bilang ke saya, “Gw yakin banget lo pasti masuk 3 besar. Potong telinga gw kalo gw salah.” Saya ga suka kekerasan, jadi tebakan dia benar (nyambung ga tuh?).

Ada sepuluh FO/distro (I'm exchanging definitions here. FO, distro, they all look the same) yang saya datangi. Berhubung saya payah banget memilih baju (so what? I'm a techie geek!), ujung-ujungnya saya cuma beli 1 sweater (setelahnya saya sadar ternyata itu overpriced. Duh!). Alangkah bahagianya punya cewek yang ngerti mode dan mau bantu saya memilih.

Sore harinya kami kembali ke bis dan melaju ke Jakarta. Kami mampir ke KPPT (saya ga tau ini singkatan dari apa, terima aja kalau ini adalah gedung Indosat) untuk makan malam dan gladi bersih tarian untuk Grand Final, kemudian kami menghabiskan malam di Hotel Ibis Tamarin.

Kamis, 16 Nopember 2006
This was it guys, the Day.. The Grand Final! (tolong suara drum)

Hari ini diawali dengan checkout setelah sarapan, ga lupa nyolong pasta gigi dan sampo (sabunnya terpakai, handuknya terlalu besar untuk dimuat di tas). Kami langsung menuju KPPT. Disana kami menaruh barang di lantai 2, kemudian ke hall di lantai 4.

Setelah menunggu lumayan lama (ya, molor. Tapi kita hidup di Indonesia, ini sudah tradisi), akhirnya acaranya dimulai. Acara dipandu oleh Donna Agnesia dan satu lagi cowok (nama ga penting, yang penting Donna). Beberapa teman menyempatkan foto bareng dengan mereka dan J Rock (hadir kemudian), sementara saya sibuk nonton anime di laptop teman (saya pikir ada bokepnya, jadi saya tungguin, ternyata ga ada).

Saya keluar sebagai juara 3 kategori Software. Daftar pemenang selengkapnya dapat dilihat di beberapa media berita seperti KOMPAS. Ini agak mengejutkan, mengingat saat taping (rekaman presentasi) saya kacau banget. Kemungkinannya: 1. Jurinya ngantuk 2. Indosat Jakarta ga ingin kehilangan muka 3. Saya beruntung. 4. Saya benar-benar jenius. Sepertinya alasan ketiga lebih masuk akal :-)

Mayoritas penonton ternyata anak-anak STM pendukung Yan Paristama, yang kemudian keluar sebagai juara 1 kategori Pelajar. Dari panggung saya melihat keluarga saya datang. Saya juga melihat anak-anak PMKRI. Saya senang sekali mereka datang, saya juga senang melihat beberapa orang Galeri Indosat Bekasi datang dan mendukung saya. Thanks guys, you guys rock!

Selesai acara saya sempat berbincang-bincang dengan Babe Onno mengenai konsep saya. Katanya, “Konsep lo sebenarnya paling layak dijual, sayang lo ga bisa menunjukkan prototype.” Wah, Babe bakal ngakak nih kalau tau cerita sebenarnya!

Saat saya ngobrol dengan Babe, Pak Saptadi Nurfarid, juri dari Indosat ikutan nimbrung. Katanya dia tertarik dengan konsep saya dan menunggu perkembangan selanjutnya. Beliau juga menunjukkan ketertarikannya dengan Java User Group Indonesia. Beliau mencatat nomor Matrix saya. Pak Didi Setiadi juri dari Nokia ikutan nimbrung. Sambil tertawa beliau menyerahkan kartu namanya sambil berkata, “Tertarik kerja di Nokia?”

Babe langsung menimpali, “Gila lo, baru dua bulan pindah kerja udah disuruh pindah lagi!” Babe Onno benar, tapi bukan karena saya takut dicap kutu loncat (misi hidup saya ga melarang saya untuk itu), tapi kebetulan di kantor memang sedang ada project besar yang sedang saya kerjakan. Prinsip saya setiap mengerjakan project sangat sederhana: “Saya ga membuat produk, saya membuat masterpiece.” Ini sebabnya butuh waktu dua bulan sebelum saya bisa pindah sejak lamaran saya diterima (I thanked my current employer for his understanding).

Kembali ke cerita santai. Pulang dari KPPT saya mampir ke Galeri Indosat Bekasi, sekedar silaturahmi (ini inisiatif saya). Saya disambut dengan hangat oleh beberapa pegawai disitu. Taufik Hidayat, Channel Maintenance yang rajin memberi semangat, sampai rela datang dari kosnya (padahal sedang cuti!) untuk menemani saya. You're the man, bro!

Akhir kata, Indosat Wireless Innovation Contest 2006 sungguh sangat berkesan bagi saya. Saya berkenalan dengan banyak pribadi yang menyenangkan, beberapa bahkan membuka kesempatan bagi saya mengembangkan karir (belum ada realisasinya sejauh ini, semoga tawaran mereka ga berhenti disini ;-) ).

Orang-orang Indosat, seluruh EO, teman-teman finalis, para juri, mereka yang saya sebut namanya dengan hormat, saya sangat beruntung bertemu dengan mereka. Saya bahkan berkenalan dengan seorang CSR manis berkepribadian menarik, Laura Natalie. Apakah IWIC akan mengubah hidup saya? Sebagian sudah. Seterusnya? Kita lihat nanti ;-)

Tuesday, December 19, 2006

Wish List 2006 In Review

Di awal tahun ini gw membuat sebuah Wish List, daftar hal-hal yang ingin gw capai selama tahun 2006. Mari kita lihat sejauh mana gw memenuhi harapan-harapan gw.

Berikut ini adalah wish yang berhasil gw penuhi:

Setup wiradikusuma.com
Wiradikusuma.com sudah berjalan, namun masih terbuka untuk perbaikan. Kesegaran konten dan tampilan yang lebih menarik menjadi isu yang patut dipertimbangkan.

Help Dad's business
Sejauh ini gw sudah membantu Papa mendesain logo perusahaan, brosur, kop surat dan administrative stuff.

Escalate career
11 September kemarin (sampai saat gw menulis blog ini) gw resmi bekerja di sebuah IT consulting and outsourcing firm di daerah Kebun Jeruk. This is my second full time emloyment. Pengalaman yang lebih luas, tantangan yang lebih menarik dan kompensasi yang lebih baik adalah alasan gw pindah.

Buy new cell phone
Nokia 6680 adalah ponsel kedua gw. Itu juga dibeli karena 3310 gw hilang :-)

Buy new glasses
Sudah dibeli, namun jarang gw pakai karena tidak begitu nyaman digunakan. Padahal harganya lumayan mahal dan gw butuh kacamata untuk keperluan sehari-hari :-(


Berikut ini adalah wish yang gagal gw penuhi:

Deliver MINITIATE
MINITIATE adalah nama sandi untuk sebuah proyek game development berbasis JavaME untuk ponsel . Wish ini bersifat ad-hoc dan tidak terpenuhi karena main driver dari proyek ini menguap.

Deliver INVEN
INVEN adalah nama sandi untuk sebuah proyek pribadi. Proyek ini tidak diteruskan karena berbagai alasan non-teknis.

Keep wiradikusuma.com up and running
Untuk urusan publikasi konten, gw cenderung memanfaatkan blog.

Finish writing book about UML
Wish ini gagal karena gw kehilangan minat terhadap subyek ini.

Write book about OOAD and/or Java
Wish ini tidak dikerjakan karena gw melihat buku “dasar” seperti ini sudah banyak di pasaran. Kalau pun buku ini jadi, pasti akan sangat sulit menerbitkannya.

Write book about advanced Java-related topics
Gw mengakui bahwa dedikasi gw terhadap wish ini sangat kurang.

Deliver SEPTERRA stable version
SEPTERRA adalah nama sandi sebuah sistem hasil pengembangan ide gw dan David Limanus sewaktu skripsi. Ketidaktersediaan infrastruktur dan data pendukung adalah inherit problems dari stagnasi proyek ini.

Learn Mandarin
Wish ini ditunda karena kesulitan gw mengalokasikan waktu yang konsisten untuk belajar. Sekedar mengambil kursus mungkin bisa, tapi rasanya tidak akan bermanfaat banyak kalau hanya tergantung dari situ.

Buy camera
Gw masih cukup puas dengan kamera built-in 6680 gw untuk kebutuhan fotografi ad-hoc.

Buy notebook
Masih menabung :-) Untuk 1-2 bulan ke depan gw masih menggunakan Compaq Presario 2500 ini. Hitung-hitung melatih otot tangan lah.

Buy motorbike/car
Di tahun ini banyak sekali pengeluaran ( financially speaking). Gw sebisa mungkin menghindari pembelian secara kredit. Tapi mungkin ini akan berubah di tahun depan.

Visit dentist regularly
Gw belum menemukan dokter gigi yang cocok, yang pelayanannya prima, tapi harganya tidak keterlaluan.


Kalau gw menyimpulkan, prima causa kegagalan-kegagalan gw adalah kurangnya dedikasi terhadap tujuan yang gw kejar. Ini terlihat jelas khususnya dalam proyek pembuatan buku. Disini gw benar-benar butuh “pendorong yang kuat” untuk menggenapi wish gw.

Namun kegagalan gw juga bisa karena mengejar sesuatu yang lebih penting. Misalnya dalam keinginan membeli motor. Gaji beberapa bulan harusnya cukup untuk sebuah motor, cash. Tapi gaji gw tidak hanya untuk diri gw. Gw adalah seorang family man—senyum keluarga gw adalah kebahagiaan gw. Itu sebabnya gw masih mengenakan kombinasi baju yang sama setiap minggu ;-)

Dilihat dari persentase, wish yang tercapai hanya 30%. Namun gw memang tidak mensyaratkan seluruh wish terwujud. Mereka hanya patokan. Lagipula banyak hal-hal “mendadak” yang menambah nilai hidup gw di tahun 2006. Secara keseluruhan gw mensyukuri tahun ini. Semoga tahun 2007 gw bisa lebih baik lagi. Amin.

Thursday, December 07, 2006

JaMU 24 Summary

Hi guys!

Sorry for the delay. I was (and am) tremendously occupied with stuff. I'm glad to inform you that our last JaMU was a success! The room was crowded just like JaMU 23, the presentation was insightful from our two special speakers, the donuts were delicious as usual, and the "saweran" still maintain above 50.000 Rupiah :-)


JaMU 24 diawali dengan perbincangan seru seputar Java oleh floor, kemudian Dhea memberikan opening speech singkat mengenai the next big thing (community-related) yang akan dilakukan Sun Microsystems Indonesia (“SMI”) di tahun 2007 untuk mendorong perkembangan Java di tanah air.

SMI berencana menggelar kampanye Java goes to campus, dan telah menunjuk seorang Ambassador. Dengar-dengar sih cewek, anak Fasilkom UI. Hmm.. perlu uji kelayakan dari gw nih.. cakep ga Dhea? ;-) Dhea mengatakan baru sekarang SMI bisa melakukan ini, karena ”dananya baru turun”.

Tapi ada rumor yang berkembang bahwa gerakan komunitas SMI ternyata ga ”aligned” dengan gerakan komunitas Java yang selama ini sudah ada di Indonesia, notably Java User Group Indonesia. This topic is open for discussion. Bagaimana ini Dhea?

Daniel Baktiar, pembicara pertama, mengantarkan materi Maven 2 dengan baik. Disini ada isu mengenai repository yang besarnya mencapai 8+ GB. I can’t tell much about his presentation, you have to ask Daniel for downloadables :-) Oh ya, Frans Thamura menawarkan bagi yang ingin local repository, harap datang ke kantornya dengan membawa CD (DVD?) kosong.

Endy Muhardin, pembicara selanjutnya, membawakan materi Subversion dengan sangat detil. Ga heran, ternyata beliau bikin buku tentang Subversion (beliau cerita ini di akhir presentasi)! Yang tertarik dengan bukunya, harap japri beliau.

Demikian rangkuman JaMU 24 Sabtu lalu, semoga menjadi masukan bagi teman-teman khususnya yang berhalangan hadir. Seperti biasa, materi presentasi dapat di-download dari website JUGI (mungkin butuh beberapa hari setelah JaMU) di http://www.jug.or.id/jugwiki/Wiki.jsp?page=JaMU24.

Terima kasih untuk Daniel dan Endy atas presentasinya. Kalian berhak mendapatkan masing-masing 1 personal license IntelliJ 6.0 dari IDEA. Mohon hubungi Frans Thamura untuk detilnya.

Terima kasih untuk Sun Microsystems Indonesia, terutama Dhea, yang sudah menyediakan tempat dan donat J.Co (4 box!).

Terima kasih untuk teman2 sekalian yang sudah datang, uang kas JUGI nambah 70ribu :-) (setelah dikurangi 20ribu untuk tips satpam dan OB).


Salam hangat,
Thomas Wiradikusuma
http://www.wiradikusuma.com/
Panitia JaMU
http://www.jug.or.id/jugwiki/Wiki.jsp?page=JaMU24

Tuesday, December 05, 2006

IWIC – the show, part 2

It's almost three weeks since the event took place, I hope I still remember the details. Let me continue the story. Bagi kalian yang bingung apa itu IWIC, ada baiknya melihat blog Road to IWIC dan IWIC – the show, part 1. Kalian yang sudah pernah membaca blog sebelumnya mungkin ingin membaca ulang sekedar penyegaran.

Selasa, 14 Nopember 2006
Pagi-pagi kami berangkat bergiliran menggunakan mobil Kijang ke ITCC (Indosat Training and Conference Center—correct me if I'm wrong), ga jauh dari wisma kami menginap.

Seperti biasa gw telat. Tapi ketelatan gw justru membawa berkah, gw kenalan dengan cewek-cewek EO-nya. Memang dari semua “jenius” yang ada disitu, kata panitia hanya gw yang “beda”. Mereka sempat ga percaya gw finalis. Hehe... jadi ingat, beberapa hari sebelumnya teman gw nelpon, “Wah selamat ya Thom, gw lihat nama lo di KOMPAS! Ciee yang jenius... Eh, jenius atau beruntung nih? Kayaknya lo beruntung ya?”
Hmm.. siapa nih korban berikutnya..
Selesai briefing, kami langsung bersiap. Gw kurang beruntung, gw salah satu yang giliran pertama taping. Oh ya, penjuriannya ga dilakukan langsung di depan para juri. Kami masing-masing mengikuti sesi taping (perekaman video), dan hasil rekaman itulah yang dilihat para juri untuk menilai kami. Setiap peserta dibatasi maksimal 30 menit.
Tegang amat mas..
Jadi begitu? Mau ngeliatin lo aja dijatahin 10 menit?
Menurut gw (dan banyak teman-teman finalis) cara langsung sebenarnya lebih baik. Meski gugup, rasanya pasti lebih plong. Panitia sepakat dengan ini, katanya ini masukan yang berharga untuk IWIC tahun depan.

Sebelum presentasi gw gugup banget, berkali-kali ke kamar kecil. Selagi mempersiapkan laptop, bos gw menelpon dan menanyakan kabar... kerjaan kantor gw. Ah, bos yang sangat perhatian.

Presentasi gw berjalan kurang mulus. Meski gw memulainya dengan spesial (gw mempersiapkan skenario monolog singkat untuk prelude), namun di tengah-tengah presentasi banyak sekali hambatan. Laptop gw mati mendadak (kelihatannya ga tahan panas), dan gw ga bisa mendemokan prototipe secara live di ponsel karena server yang gw setup ternyata ga aktif (gw men- setup server di kantor, kelihatannya mati karena listrik padam—ini kadang terjadi—dan ga ada yang menyalakannya lagi).
Lha, laptop gw kok mati?
Semua hambatan itu membuat waktu gw habis. Terlebih lagi kepercayaan diri gw. Gw benar-benar kecewa, all those sleepless nights were useless. Gw pengen nangis, tapi kok ga penting. Gw pengen curhat, ga tau sama siapa (gw saat itu benar-benar butuh seseorang). I finally rested my mind. Gw tahu rencana yang indah sudah dipersiapkan untuk gw. Mungkin ga sesuai dengan yang gw mau, tapi pasti lebih baik. Ini yang membuat gw bangkit.

Selama menunggu semua kebagian giliran, gw keluar masuk ruangan untuk menonton teman-teman yang lain. Jenuh dengan itu, gw dan beberapa teman menghabiskan waktu main halma (bukan Happy Halma. Eh, itu mah Salma ya?), dart dan bilyar. Kami juga sempat main Counter Strike di laptop (setelah sempat pusing cari pinjaman kabel cross).
Pada kurang tidur nih, ga ada yang bull's eye
Harus menang nih.. duit gw hampir abis buat taruhan
Serius begini pasti lagi main.. Counter Strike!
Selesai sesi taping, kami latihan koreografi panggung. Ini untuk Grand Final. Gayanya sangat norak, untung gw di belakang. Sore hari kami kembali ke wisma untuk berberes, kemudian kembali ke ITCC untuk BBQ bersama. Lagi-lagi gw telat, dan kali ini gw sial. Gw kehilangan kesempatan mencicipi cumi bakar (hiks..).

Setelah BBQ kami kumpul bersama panitia di hall untuk bersenang-senang. Gambar-gambar di bawah mungkin lebih baik dalam menjelaskannya.

Setelah semua selesai, kami kembali ke wisma dan beristirahat. Besok kami ke Bandung!







Gratis, all you can eat. Kurang apa lagi coba?
Gratis, all you can eat. Kurang apa lagi coba?


I like to move it move it..
I like to move it move it..


Eng ing eng.. pesawat mau mendarat..!
Eng ing eng.. pesawat mau mendarat..!








Fotografer kita
Fotografer kita


Sempat penasaran, 'Buat apa niup-niup balon?'
Sempat penasaran, "Buat apa niup-niup balon?"


Ternyata mau jadi Pahlawan Bertopeng :-)
Ternyata mau jadi Pahlawan Bertopeng :-)


IWIC Idol
IWIC Idol


Berjogetlah sebelum joget dilarang..
Berjogetlah sebelum joget dilarang..


Inul? Lewat..!
Inul? Lewat..!


Eagle, this is Alpha One. We got a one man down..
"Eagle, this is Alpha One. We got a one man down.."

Wednesday, November 29, 2006

[Announcement] JaMU 24

Java User Group Indonesia (komunitas programmer Java seluruh Indonesia) kembali mengadakan JaMU (Java Meet Up)! Don't miss the event guys!


Java Meet Up (JaMU) 24 - Jakarta

Tempat:
SUN Microsystem Indonesia
Lantai 13, Gedung Wisma Metropolitan I (WTC Sudirman)
Jakarta

Waktu:
10.00 - 13.00 WIB

Hari/Tanggal:
Sabtu, 2 Desember 2006

Pembicara dan Topik:
Daniel Baktiar - Maven 2
Endy Muhardin - Subversion

Biaya:
-- FREE --

Pendaftaran:
Kirim email ke: jug-indonesia-owner@yahoogroups.com

Subject: [JaMU 24] Registration

Content:
Member Information
Name:
Position:
Company:
Website:
Contact Number:
Comment:

Note:
Tidak ada konfirmasi dari moderator, silakan langsung datang ke acara.


salam hangat,
Thomas Wiradikusuma
Panitia JaMU

Thursday, November 23, 2006

IWIC – the show, part 1

Senin, 13 Nopember 2006

Menurut jadwal yang dibagikan, peserta diharapkan datang antara jam 10-12 siang untuk registrasi. Karena bangga mengusung budaya Indonesia, gw datang telat. Isra sempat ngomel-ngomel ketika tahu gw masih di jalan sewaktu dia telpon. Apa mau dikata, omelannya ga mempan menghilangkan macet yang menghalangi mobil gw dengan gedung Indosat.

Sesampainya di tempat tujuan, gw langsung memproses diri gw dan makan. Isra memberikan uang sekian ratus ribu sebagai “pengganti uang taksi” (gw sudah jelaskan kalau gw ga naik taksi, tapi dia tetap memberikannya). Mas Mardi yang saat itu sedang makan berkomentar sambil tertawa, “Wah telat nih. Kebiasaaan ya orang Jakarta.” Hehe.. maaf Mas!

Kemudian ada beberapa briefing, dilanjutkan dengan foto-foto di luar gedung. Saat itu kondisi fisik gw sedang ga fit, jadi tampang gw di foto mirip orang pesakitan. Ga lama kemudian kami (para finalis dan sebagian panitia) berangkat ke wisma Indosat di Jatiluhur.

Selama di bis gw ngobrol dengan Budi Daryatmo, finalis dari Palembang. Dia juara satu tahun lalu, dan juara satu lagi tahun ini (akan gw jelaskan kemudian). Capek ngobrol, gw tidur. Sebagian besar dari penumpang bis juga tidur, kecuali sopirnya tentu saja (gw ga akan disini menulis blog kalau sopirnya tidur waktu itu).

Sesampainya di wisma, kami langsung berberes dan di malam harinya briefing setelah makan malam. Vinta, salah seorang EO ( event organizer), berbaik hati meminjamkan minyak kayu putih (atau minyak angin? Sama saja lah) ke gw, karena saat itu kondisi gw masih belum fit. Maklum, sehari sebelumnya sempat bergadang menyelesaikan prototipenya.

Berhubung prototipe gw belum selesai juga, terpaksa sehabis briefing gw kembali meneruskan prototipe gw. Untung gw ga sendirian, ada beberapa teman yang turut sibuk memoles prototipe masing-masing. BTW, perhatikan penekanan kata “meneruskan” dengan “memoles”, terlihat bahwa orang malas (gw) ternyata berbeda dengan orang-orang rajin :-)

Perjuangan di malam hari itu sungguh melelahkan. Sampai akhirnya hanya gw dan Rochadi Hartanto, wakil Jakarta dan sekitarnya kategori Hardware, yang bertahan. Seperti biasa, ketika otak berpikir keras maka perut bergejolak lebih keras lagi. Untungnya Mas Mardi came to the rescue, membawakan kami martabak manis dan martabak sayur. Entah dapat wangsit dari mana beliau kepikiran membawakan kami makanan. Ga lama kemudian Hadi gugur, dan gw bekerja sendiri ditemani jangkrik sambil menyesali nasib (hehe..).

Beberapa teman yang kebetulan keluar kamar mengambil minum agak kaget melihat gw masih melek. Gw sempat mau menyerah, tapi mereka terus mendukung gw. Hiks.. kalau mengingat saat itu, mengharukan sekali. Akhirnya gw kembali bekerja, sendiri, sambil sesekali mengigau. Sekitar jam 3 prototipe gw selesai sudah. Gw kemudian tidur dengan tenang.

Perjalanan gw dan teman-teman selama masa kontes masih panjang. Besok akan gw tulis kelanjutannya. Stay tuned guys!

Wednesday, November 22, 2006

Love blinds. Men should lead.

Belakangan ini gw mulai berpikir lagi tentang cinta. Gw merasa kalau soal cinta, soal perasaan, gw sama sekali belum dewasa. Pengalaman gw dengan cewek banyak, tapi kebanyakan hanya skin deep. Untuk menjalin sebuah relasi yang sungguh dan berkelanjutan, gw masih agak takut.

Gw takut dikecewakan lagi. Pernah suatu waktu gw jatuh cinta pada pandangan pertama dengan seorang cewek imut, yang baru satu minggu kenalan sudah gw tembak. Saat itu perasaan gw benar-benar tulus, benar-benar sayang (gw sampai bilang ke sahabat-sahabat gw, “Guys, gw pensiun dari main-main dengan cewek.”). Tapi ternyata gw “dikhianati”. Dan itu bukan kejadian pertama. Pengalaman seperti itu membuat gw sangat menjaga jarak dengan cewek, especially when it comes to serious relationship.

Here I am now, still single. Ga hanya gw yang sewot dengan “kejombloan” gw, orang lain juga demikian. Banyak yang ga percaya gw jomblo. Mereka bilang, “Masak sih cowok kayak lo belum punya cewek?” Beberapa bahkan sempat berpikir gw gay. Astaga, itu sama sekali ga benar!

Cinta sangat mempengaruhi produktivitas gw. Kadang gw bisa sangat produktif, namun ketika gw merasa diabaikan, produktivitas gw menurun tajam. Contohnya ketika gw sms-an dengan cewek yang gw suka. Ketika smsnya lancar, gw sambil bersiul mengerjakan pekerjaan gw. Namun ketika smsnya berhenti, gw langsung berpikir yang tidak-tidak (padahal mungkin lawan sms gw sedang ada halangan tertentu), dan gw langsung malas melanjutkan pekerjaan. Mungkin ini bukan cinta dalam artian sesungguhnya, tapi ini sungguh mengganggu.

Lalu ketika gw berniat untuk menjalin hubungan serius dengan cewek, justru ceweknya yang tidak siap. Ini kadang terjadi. Alasannya kurang lebih serupa: trauma sehingga menjaga jarak. Halah, kok bisa begitu ya?

Mulai saat ini gw akan bersikap tegas dengan cewek seperti itu. Take me or leave me. Sebagai konsekuensinya, gw juga harus belajar ga menyandarkan perasaan gw ke cewek. Come on Thomas, lo kan cowok! Diciptakan seperti Adam, menjadi pelindung dari tulang rusuk, dan bukan sebaliknya!

Road to IWIC

“Thomas, ini Isra dari Indosat. Selamat ya, Anda terpilih sebagai salah satu dari tiga finalis IWIC yang mewakili Jakarta dan sekitarnya,” demikian Isra Ruddin, PIC ( person in charge) IWIC wilayah Jakarta dan sekitarnya, mengawali percakapan per ponsel ketika gw lagi di kantor.

Saat itu gw ga langsung percaya. Gw bahkan sempat bertanya, “buktinya apa kalau Mas memang dari Indosat?” Tapi berhubung Isra nyerocos terus, akhirnya gw anggap saja dia memang benar. Intinya Isra mengucapkan selamat dan menyarankan agar gw segera mempersiapkan prototipe konsep yang gw usung. Saat itu pertengahan Oktober, menjelang libur Lebaran.

Apa itu Indosat Wireless Innovation Contest? Kalian bisa lihat di situs Indosat mengenai IWIC. Gw tau kontes ini dari iklan di KOMPAS hari Kamis, awal(?) September. Saat itu gw langsung tertarik dan gw simpan korannya. Tapi sayangnya korannya hilang (iklannya hanya ada di hari itu), sehingga gw sempat berpikir, “Ya sudah lah, mungkin bukan buat gw”.

Secara kebetulan, di akhir September gw datang ke Galeri Indosat di samping kantor. Gw mau bayar tagihan Matrix yang sudah telat (hehe.. kebiasaan). Pas gw lagi antri, eh, ternyata ada posternya! Buru-buru gw foto deh pake kamera di ponsel gw. Gw lihat tanggal deadline-nya.. Waks, tinggal beberapa hari lagi!

Sialnya lagi, berhubung gw super pelupa, sampai rumah gw malah sibuk mengurusi hal lain. Gw baru ingat kontes itu sehari (hari Minggu) sebelum deadline. Berhubung gw pernah kuliah, gw sudah berpengalaman menerapkan SKS (Sistem Kebut Semalam). Alhasil gw selesai juga merangkai konsep, berupa presentasi Power Point. Saat pengumpulan naskah, sungguh, gw sama sekali ga berharap dipanggil. Lha, bikinnya aja semi-asal. Itu sebabnya gw agak curiga pertama kali Isra telpon. Tapi setelah telponnya ditutup, gw langsung lompat-lompat kegirangan (ini majas, tentu aja, gw ga mungkin melakukannya di kantor).

Libur Lebaran seminggu gw habiskan di Bandung bersama keluarga. Gw bela-belain bawa laptop supaya bisa buat prototipe yang diminta. Rencana gw waktu itu, tiga hari di Bandung cukup untuk menyelesaikan semuanya. Gw salah. Disana gw malah bisa dibilang ga bikin prototipe. Suasananya terlalu adem sehingga gw kebanyakan tidur daripada kerja!

Sepulang dari Bandung, gw buru-buru cari kos dekat kantor. Maksud gw, lagi-lagi, supaya gw bisa buat prototipe. Logika gw adalah, kalo gw kos, gw punya lebih banyak waktu untuk bikin prototipe, daripada waktu gw habis percuma di jalan. Logika ini ternyata ga berjalan sempurna karena alasan yang gw tulis di blog sebelumnya.

Anyway, despite the fact gw belepotan bikin prototipenya, the show must go on. Indosat mensyaratkan seluruh finalis (ada 17 dari seantero Indonesia) mengikuti karantina dari tanggal 13-16 November. Ini masalah buat gw. Pertama, gw baru dua bulan kerja di tempat yang baru. Gw masih pegawai percobaan! Kedua, gw lagi di tengah proyek kantor yang sudah dekat deadline.

Kedua hal itu pasti akan jadi penghalang utama gw ketika minta cuti. Dan itu memang terbukti, bos gw agak keberatan. Tapi entah kenapa, akhirnya gw diberikan ijin juga. Bagi yang penasaran, “kalau ternyata ga dikasih, bagaimana?” Jawaban gw sederhana, gw akan tetap ikut. I leave the reason for your exercise.

Nah, sekarang gw ingin cerita pengalaman gw selama dikarantina Indosat. Tapi.. gw mandi dulu ah, dari pagi belum mandi nih! Maklum, hari ini gw cuti kerja, gw kurang enak badan (malu ah cerita detilnya, cukup beberapa orang dekat saja yang tahu).

Tuesday, November 21, 2006

Kisah duka ngekos

November 21. Whoa, more than a month since my last blog! I failed to fulfill my desire to blog regularly, at least twice a week. Well, here’s a new entry, better late than never.

A lot of things happened during the period. I finally dwell in a “kos”, I was elected as one of the IWIC’s finalist (and came up as the third winner, Software category), and my romance life was a bit fluctuated. I’m not going to talk about the latter, of course.

Pertama gw mau cerita soal kos. Gw mulai kos di akhir Oktober. Tempatnya 10 menit dari kantor, 450 ribu sebulan, kamar mandi di dalam, dan ruangannya lumayan luas (untuk kos dengan harga komparatif). Ini khusus kos-kosan, hanya ada sepuluh kamar (5 di atas, 5 di bawah).

Gw ngambil yang bawah, karena waktu gw survey (Minggu sore) yang bawah lebih adem meski tanpa kipas dan AC. Kelihatannya keputusan gw salah. Senin besoknya, sepulang kerja, ternyata kamar gw sama sekali ngga adem. Setelah kenalan dengan beberapa anak di atas dan main ke kamar mereka, ternyata kamar mereka justru yang adem. Untungnya minggu depan gw bawa kipas berbentuk AC portabel. Sekarang kipas itu rusak (duh!).

Ngomong-ngomong soal kipas yang gw bawa, gw sempat mati-matian jelasin ke ibu kos kalau itu adalah kipas (dia ga sengaja lihat waktu pintu kamar gw buka, dia pikir itu AC). Maklum, setelah kos-kosannya mulai terisi semua, listrik sering turun.

Tujuan gw (buru-buru) kos adalah supaya banyak waktu untuk bikin prototipe konsep gw yang masuk finalis IWIC (akan gw jelaskan kemudian). Saat itu gw cuma punya waktu satu minggu sebelum tenggat waktu pengumpulan prototipenya.

Sayang seribu sayang, seminggu pertama di kos justru menyengsarakan. Boro-boro kerja, untuk tidur saja gw harus buka kaca dan buka baju supaya ga gerah. Hilang sudah khayalan indah hidup bebas mandiri. Alhasil, gw harus kebut pembuatan prototipenya dalam empat hari (tebak sendiri hasilnya, jauh dari sempurna). Apalagi saat itu gw masih sibuk ngurusin proyek kantor.

Ada satu lagi kejadian lucu. Waktu itu gw pulang dari kantor jam 7 malam. Karena lapar, gw mampir ke warung pecel ayam di pinggir jalan. Pas lagi enak-enaknya makan, eh.. turun hujan deras banget! Singkat kata, gw harus menunggu disitu sampai jam 9. Udah bete nunggu ujan, akhirnya ngobrol sama orang yang sama-sama nunggu. Eh, dia malah nawarin MLM. Caaape deeehhh...

Penderitaan gw belum selesai sampai disitu. Sesampainya di kos, gw lihat ada handuk basah masih tergantung di jemuran. Ya, itu handuk gw, dan itu satu-satunya handuk gw di kos! Akhirnya gw terpaksa lap badan pakai baju kering. Benar-benar melelahkan, gw harus cuci sampai bersih handuk itu dan beberapa pakaian lain.

Sekian dulu untuk blog hari ini. Cerita tentang IWIC akan gw tulis besok.

Friday, October 13, 2006

Larangan Penerimaan Parsel dan Mentalitas Pengusaha

Beberapa hari belakangan mulai ramai dibicarakan isu larangan penerimaan parsel bagi pejabat. KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) mengeluarkan larangan (beberapa sumber mengatakannya sebagai “himbauan”) tersebut sejak tahun 2004.

Para pengusaha parsel, khususnya yang tergabung dalam APPI (Asosiasi Pengusaha Parsel Indonesia), mengungkapkan kegelisahannya. Tentu saja, mengeluh karena pendapatan menurun tidaklah etis bagi pengusaha. Mereka lebih memilih mengeluarkan “kisah sedih” yang menimpa karyawannya: PHK, penurunan gaji, sampai ilustrasi, “usaha parsel saya telah membantu anak-anak muda setempat lepas dari pengangguran, sekarang saya harus merumahkan mereka lagi.” Yeah, right.

Kalau memang mereka merugi, kenapa tidak jujur mengatakan “saya rugi kalau begini terus, padahal bulan depan saya mau ajak istri muda saya belanja di Hongkong” (wordings may vary). Bukannya “kisah sedih buruh” tidak ada, tapi pengungkapannya cenderung sekedar menjadikan buruh target pelampiasan.

Lucu. Mereka yang memecat dan mengurangi gaji karyawan-karyawannya, KPK yang “disalahkan”. Ini adalah tindakan reaktif, bukan proaktif. Masalahnya bukan pada pemecatan karyawan (mungkin ini solusi terbaik untuk keselamatan ekonomi pengusaha yang bersangkutan), tapi pada statement implisit “saya terpaksa melakukannya karena KPK membuat saya begitu”.

Come on, KPK tidak melarang pengusaha parsel berbisnis. KPK hanya melarang pejabat menerima parsel. Mayoritas penduduk Indonesia bukan pejabat kan? Kenapa harus menyalahkan KPK? Kenapa tidak menanggung tanggung jawab (merugi adalah konsekuensi logis berbisnis) dan secara jantan bersikap efektif?

Seharusnya para pengusaha memiliki mentalitas kelimpahan (abundance mentality), sebuah paradigma bahwa ada banyak di luar sana untuk semua orang. Jika pasar dirasa sudah saturated, terlebih akibat pelarangan KPK, ada baiknya mereka berinovasi dengan strategi blue ocean.

Fellow entrepreneurs, you have the capacity to overcome your problem. Don’t waste your time cursing others.

Semoga KPK tetap konsisten dengan usahanya memberantas korupsi di negeri ini. Semoga para pengusaha parsel menemukan solusi terbaik untuk kepentingannya. Semoga para buruh parsel tetap dapat bekerja dan menghidupi keluarganya.

Sunday, October 08, 2006

Shelter for the peace of mind

Early this afternoon a friend of mine called. He’s a fellow programmer in an insurance company I once worked in. After some chitchats, he asked about my progress in finding a lodging (“kos” in Bahasa Indonesia—a room for rent, usually monthly basis) to stay.

I told him I’m still looking. I also told him, in weighted priority list, I want to find a “kos” which is:
  • Comfortable, since I’ll be spending my night-time in it (either working late at night or sleeping). One with air conditioner (AC) is preferable. I once visited my friend’s “kos” somewhere around Untar (Tarumanegara University). It was an unpleasant experience. I might be exaggerating, but the room was uncomfortable.
  • Somewhere around my office. Much better if I can walk to/from office on foot, cuts transportation expenses.
  • Affordable, with reasonable cost/benefit.
  • Surrounded by lots of places to dine, cheap ones.
  • Close to street passed by bus going to/from my office.
  • Both for men and women. Men tend to ignore their surroundings, women do not. In case I need something (ketchup?), I know where to ask.
  • Next to “kos” with lots of chicks in it. I decided to “kos” so I can spend more time in the office, so living in an all-chicks neighborhood won’t add significant value. Moreover, I’ll spend my weekends at home. But I can use this benefit to show off to my friends :-)
So far, I’ve found 4 potential places where I should start looking:
  • Somewhere around my office. Thing is, I haven’t found any. Some do exist, but they’re not empty. The are “kontrakan”s (house which you can rent), but I think “kontrakan” is an expensive solution.
  • Somewhere around Untar. So far this is my favorite spot: close to Grogol (ultimately all access to anywhere), just one ride to office, and there are lots of chicks. The downside? Pricy.
  • Somewhere in Meruya. Actually I haven’t explored this area, somebody just told me to look there, notably around Mercu Buana University (but it’s far too distant from my office). Compared to that around Untar, supposedly it’s cheaper. My only objection is that afternoon traffic sucks. Because the street is one way, everybody heads to Meruya!
  • Somewhere around Binus (Bina Nusantara University). Although I spent my undergraduate life in Binus, I hardly know “kos”es surrounding it. It might costs as expensive as in Untar.
For those who curious, here’s why I decided to “kos”:
  • Cut time. I live in Bekasi, I work in Kebon Jeruk. I could save 3-4 hours daily.
  • Better energy utilization. This is tightly related to point 1. Spending a considerate amount of time commuting not only wastes time, but also drains energy. I can’t do anything useful in the bus. I can’t sleep comfortably, I can’t read books, let alone working. If I “kos”, I expect to have more energy to spare. I can continue to work, I can concentrate on my open source projects, I can read books, I can do more.
  • Learn how to live on my own. Someday I will take college abroad, consequently far away from home. “Kos” is a great test drive. Whenever I feel homesick, home is two hours away :-)
  • Some friends of mine think I take “kos” to be “free”. I don’t take that seriously. I’m currently working, I can’t “skip classes” anytime I like. If hanging in clubs is a reason, I really don’t have to “kos”; I can go out anytime I want from my parents’ house. I spend the night almost every weekend in a friend’s place.
  • Some friends also think that I “kos” so I can freely get naughty with chicks by inviting them in. I don’t take this seriously either. If I want to get naughty, I don’t have to “kos”; I can do that in their “kos”, or a cheap hotel room. One of my top reasons to “kos” is so I can have more time to do useful things. Playing with chicks is counter-intuitive.

So, when will I really get a “kos”? After finding the right one, of course. Previously I wanted to get one quick, because I was overwhelmed by a project deadline (I wanted to be able to spend more time in the office without worrying my way home). Now I think I'll wait after Idul Fitri.

Saturday, October 07, 2006

In search of a new bike

I have a motorbike, an oldie, and I don’t find it satisfying. I don’t hate it because it’s old, I just don’t want to ride on it because it gets broken so easily, a normal behavior when your bike is more than ten years old. This is why I commute either by driving my own (parents’) car, or catching bus. Both options are not suitable for short distance travel, such as going to a close mall or in-neighborhood fast food restos.

I need a new bike. Since I’m a man, it’s natural for me to prefer a “man’s bike”. If I can’t afford a CBR, at least I want Tiger or something equal (Scorpio or Thunder). I always think before buy. I asked my friends, browsed many websites; I even picked up brochures when going to malls. I brainstormed my decision.

What’s the summary? My friends tend to choose small bikes because it’s cheaper (both in terms of purchase and maintenance), and it’s well suited for highly trafficked city like Jakarta (we can do “maneuverings” without much effort).

I give up, I choose not to pick a “man’s bike”. I found one strong reason not to pick it: I want everybody in my family to be able to use my (soon-to-be) bike. I won’t be using it everyday and I don’t want it sit idly when I don’t use it. That’s not good in terms of utilization.

If I bought a Tiger, I’ll be the only one in the family who can use it, since I’m the only man (my dad makes it two, but he doesn’t ride bikes anymore). The only reason I want Tiger is because it’s “cool”. It’s faster than small bikes, but I don’t need that feature. I choose my family over my ego :-)

But I still want style, not just functionality. Ordinary small bikes simply don’t fit (and for an idiot reason: I already have one). If it can’t be “cool”, at least I want it to be “different” (this is one of my stupid traits). After some lengthy discussion with my friends, I came up with an idea: buy a scooter—Yamaha Mio or Honda Vario (just released). I’ve seen both, they look interesting.

I was just about to get one, but a friend of mine suggested that I wait until the beginning of 2007—some economical reasons I don’t understand. That’s a good idea anyway, I can start saving meanwhile (so in time, I can buy it cash). He’s a good friend of mine. I follow his advice.

Thomas, what if the chick you currently have crush on refuses to hang out with you, because you don’t ride on a “man’s bike”? Well, despite the crush, why bother hanging out with such chick?

Friday, October 06, 2006

Long time no see

Anybody home?
Man, this is creepy.

It’s my blog that I’ve left for months. I’m so ashamed. Months before I promoted the concept of "blogging" to my friends. I told them blog is an effective communication tool in the Internet. Blog is a practical storage for keeping ideas. Blog is revolutionary.

But then I stopped using it for ages.

I set up more blogs than I could handle: one at livejournal.com, one at blogger.com, and another at my very own website (wiradikusuma.com). For the sake of (wanting to be) a distinguished Java programmer, I set up a blog in jroller.com. Now that's 4 blogs.

Am I effectively communicating then? Having practically keep my brilliant ideas? Revolutionize myself, the Internet and the rest of the world? No. Zero. Null. Mickey Mouse is still a mouse.

Effective communication.. to whom am I communicating with?

Keeping brilliant ideas? If they're so brilliant, how come they never went to concrete implementation?

I'm beginning to doubt the power of blog. If it has one. Let me cynically comment on what some people think about blog.

A blog connects you with the people who matter
And a classified doesn't? For peer-to-peer "connection", wouldn't phone call a nicer option?

It’s easy to start and maintain
To who you're talking with? My mom doesn't know how to start blogging, let maintaining alone. Neither folks in my neighborhood.

I'm not starting a war here. Especially not with marketing guys telling blog is good for business (probably it is, for their business).

Could somebody tell me some practical values of blogging?

Monday, June 26, 2006

First semester, an introspection to my 2006 wish list

Hari ini tepat (well, kurang lebih) satu semester sejak dicanangkannya “Wish List 2006” gw. Masih 6 bulan ke depan untuk menggenapi semuanya, namun mari gw evaluasi yang telah terjadi satu semester ini.

Setup wiradikusuma.com
Ide utamanya adalah registrasi domain, sewa hosting, setup CMS+ layout, dan isi dengan content. Meski sekarang akses ke wiradikusuma.com sangat lambat, gambar-gambar tidak tampil dan layout-nya belepotan, belum lagi isinya belum sesuai yang gw harapkan, gw anggap wish ini sudah tercapai 75%.

Yang masih harus dilakukan: migitasi kelambatan (meski itu berarti pindah hosting) dan perbaiki layout. Migrasi CMS mungkin perlu dilakukan.

Deliver MINITIATE
MINITIATE adalah nama sandi untuk sebuah proyek game development berbasis JavaME untuk cellular phones. Motivator proyek ini adalah lomba game development yang iklannya pernah gw baca di suatu majalah ponsel. Proyek ini gagal karena lombanya kelihatannya tidak dilanjutkan panitia. Meski wish ini gagal, beberapa codebase-nya terpakai dalam presentasi gw di JaMU 19 mengenai JavaME.

Help Dad's business
Sampai saat ini gw belum sempat merealisasikan pembuatan website untuk perusahaan papa maupun organisasi yang dipimpinnya. Tapi akan banyak kejutan ke depan, khususnya setelah beberapa business-related events yang (akan) terjadi belakangan ini. Wish ini belum bisa dinilai realisasinya.

Deliver INVEN
INVEN adalah nama sandi untuk sebuah proyek pribadi. Proyek ini tidak diteruskan karena berbagai alasan non-teknis. Wish ini gagal.

Keep wiradikusuma.com up and running
Sekarang gw mulai nge-blog lagi dan mulai memanfaatkan kamera digital built-in 6680 gw. Sayangnya gw masih bingung mau ditaruh dimana blog-blog yang gw buat: blogger, livejournal, friendster atau wiradikusuma.com. Rencana ke depan mungkin menggunakan blog third party (blogger atau livejournal. friendster menyebalkan karena banyak iklan) yang di- feed ke wiradikusuma.com. Kamera digital belum dimanfaatkan untuk merekam gambar accompanying blog. Wish ini 20% terlaksana.

Finish writing book about UML
Gw bahkan belum menyelesaikan bab pertama! Wish ini dikuatirkan gagal. Namun demikian, semoga gw masih punya waktu untuk menulis beberapa artikel lepas. Sekedar “menebus dosa”.. hiks..

Write book about OOAD and/or Java
Tidaaaaaakkk!!!

Write book about advanced Java-related topics
Please stop...!!!

Deliver SEPTERRA stable version
Gw harus mengakui SEPTERRA sudah kandas (lagi). Isu teknis terbesar adalah ketidaktersediaan infrastruktur, tapi aspek non-teknis terparah adalah kemalasan gw. Sangat disayangkan, padahal gw sudah menggembor-gemborkan proyek ini ke banyak orang, termasuk orang-orang di navigasi.net. Account di sourgeforge.net sudah dibuat, dan beberapa orang secara sukarela bergabung. Tapi satu rilis pun tidak pernah muncul.

Beberapa hari lalu gw memang sempat membaca sebuah project open source serupa, dan ini membuat gw kembali menggebu-gebu untuk melanjutkan SEPTERRA. Namun setelah membaca keseluruhan website tersebut, semakin kelihatan kalau sang author ternyata sama seperti gw, hanya bertindak sebatas ide. Wish ini ditunda untuk waktu yang tidak ditentukan.

Learn Mandarin
Wish ini ditunda untuk tahun depan. Tahun ini adalah tahun programming skill advancement dan health advancement.

Escalate career
Sejauh ini gw banyak belajar hal-hal baru, yang paling signifikan adalah applied knowledge mengenai Ajax, Eclipse, CVS, Subversion dan Maven2 (among others). Secara teknologi memang gw selalu up-to-date, tapi terus terang, sampai saat ini gw masih keteteran mengatur jadwal—bahkan untuk alokasi jam kerja di kantor. Wish ini 40% gw anggap sukses.

Buy camera
Belum, dan mungkin tidak akan terjadi, mengingat kamera built-in 6680 gw masih “cukup”.

Buy new cell phone
Terus terang tadinya gw berpikir tidak akan pernah melakukannya, paling tidak sebelum tengah tahun. Ternyata baru beberapa bulan berjalan (sejak Januari 2006), gw sudah harus melakukannya. Kenapa? Karena alasan yang sangat masuk akal: handphone yang lama hilang. Jatuh dari kantong celana ketika membonceng motor teman. Wish ini dengan bangga gw anggap 100% selesai. Hiks.

Buy notebook
Dulu gw ga pernah niat untuk membeli notebook. Dengan harga yang sama, gw bisa dapat komputer desktop dengan spesifikasi hampir 2 kali lipat. Pikiran gw berubah dengan semakin intensifnya interaksi gw dengan komputer. Bukan karena ketidaktersediaan komputer (sebagian besar hidup gw hanya di kantor dan di rumah, keduanya tersedia komputer), tapi karena gw pengen escape dari ruangan yang (mungkin perasaan gw) mengurung kreativitas. Fleksibilitas juga menjadi alasan. Alangkah enaknya bisa mengetik sambil bersandar di tempat tidur, atau di teras rumah.

Anyway, setelah beberapa waktu lalu berkonsultasi dengan seorang rekan di kantor, wish ini akan ditunda. Alasannya adalah gw masih bekerja di kantor yang mengharapkan kehadiran (physical presence). Keinginan gw untuk mengisi kamar kos (kelak, ketika gw memutuskan untuk kos) dengan notebook mungkin akan diganti dengan desktop bermonitor LCD 17” atau 19”.

Buy motorbike/car
Sejujurnya gw tidak bisa mengendarai motor. Gw bahkan belum pernah mencoba. Selain kedua orang tua yang tidak berminat menyuruh gw belajar (mereka bahkan cenderung melarang, safety issue), gw juga agak males karena takut panas, debu dan rambut acak-acakan. Hehehe...

Tapi belakangan ini hasrat untuk bisa dan punya semakin besar. BBM semakin mahal, jalanan semakin macet, dan satu-satunya mobil di rumah sering dipakai mama. Di rumah sudah ada motor bebek, tapi sebagai pria egois dan keras kepala, gw membutuhkan motor paling tidak sejenis Tiger (dan ini membuat orang tua gw semakin kuatir, berhubung gw suka ngebut naik mobil). Kalau tidak jadi beli motor, ya gw usahakan beli mobil sendiri. Wish ini belum terealisasi.

Buy new glasses
Seharusnya gw sudah beli dari dulu, mengingat gw sudah pakai sejak kelas 2 SMP (dan kacamata pertama itu sekarang kondisinya sangat memprihatinkan), tapi uang gw selalu saja habis. Untung beberapa minggu lalu sepulang dari rumah Boi, gw langsung mampir ke toko kacamata langganan. Mumpung ada uang, begitu pikiran gw waktu itu. Jadilah gw beli.

Bentuknya persegi seperti yang pertama, tapi lebih pipih (lebar lebih panjang, tinggi lebih pendek). Kata teman-teman kantor, gw “sekarang pintarnya terlihat”. Namun sampai sekarang gw masih kurang nyaman memakainya, rasanya ukurannya (minusnya) kurang pas (atau hanya perasaan?). Anyway, wish ini ditutup sampai gw membutuhkan kacamata yang lebih sesuai. Semoga tidak.

Visit dentist regularly
Ah, ini favorit gw. Seperti kebanyakan orang di planet ini, gw memiliki masalah dengan gigi. Sekarang ini 2 dari 6 tambalan gigi (hiks...) gw sudah rusak, sejak hampir satu tahun yang lalu! Bodohnya, sampai sekarang gw belum memulai kunjungan ke dokter gigi sejak terakhir waktu kuliah. Antara malas, mahal (gw yakin, 2 tambahan itu—dan perawatan pendukung lain—akan menghabiskan jutaan!), dan (merasa) belum butuh. Kita lihat nanti bagaimana penyesalan gw. Gw masih mencari proyek jutaan tambahan untuk menutup biaya ke dokter gigi, hehe…

Setelah menjabarkan dan menganalisa satu per satu, terlihat bahwa secara keseluruhan wish list gw baru selesai 25%. Untuk semester mendatang, bisakah gw konsisten dengan apa yang gw resolusikan di awal tahun? Akankah ada kejutan-kejutan positif? Kita tunggu enam bulan lagi. Sementara ini gw akan menjalani hidup dengan prinsip berusaha yang terbaik, era et labora, Soli Deo gloria.

Monday, June 19, 2006

Sekali lagi lupa

Entah untuk yang keberapa kalinya gw bilang ini: "Gw pelupa banget sih!" Gw lupa request klien internal gw, gw lupa sampai mana project kantor yang gw tinggal berakhir pekan (dan itu hanya dua hari!), gw lupa... duh, sekarang gw lupa apa yang gw lupa! Ada apa dengan Thomas?


Mungkin karena gw kurang tidur. Belakangan ini jatah tidur gw memang diambil kerjaan kantor yang gw bawa pulang, belum lagi beberapa open source project yang masih tahap inception. Mungkin juga karena gw kurang nutrisi. Belakangan ini gw jarang minum vitamin dan susu secara teratur (kenapa? karena gw lupa!), padahal pola makan gw sudah kacau. Atau, mungkin karena gw terlalu freak dengan programming (since I spend 70% of my time doing it).


Ada anekdot yang bilang, "Pelupa seperti profesor." Gw pelupa, tapi gw bukan profesor. Duh, tapi kalau memang begitu, jangan dong... Gw bukan tidak mau jadi profesor (Prof. Thomas. Hmm...), tapi gw takut karena kebanyakan berpikir, rambut gw pada rontok! Buktinya, setiap kali berpikir (berat), rasanya kepala ini langsung panas seperti mesin sedang bekerja. Benarkah kebanyakan berpikir membuat rambut rontok? Duh.. otak gw ga bisa diajak kompromi lagi, dia terus bekerja!

Tuesday, June 13, 2006

Keteteran

Selama ini gw suka membawa kerjaan kantor ke rumah. Gw lebih nyaman bekerja di kamar gw yang tidak begitu dingin, dengan Samsung SyncMaster 17” yang datar dan nyaman dilihat. Di rumah juga tidak ada dering telepon yang mengganggu konsentrasi, dan tidak ada rekan-rekan kerja yang tiap beberapa menit bertanya ke gw. Bagaimana rasanya ketika sedang berpikir mengerjakan soal ujian tiba-tiba teman sebelah Anda bertanya dan memecah konsentrasi Anda? Ulangi itu setiap lima belas menit selama delapan jam, setiap hari. Anda akan mengerti keadaan gw. Ini sebabnya gw selalu pulang kantor jam 5 tepat. Bukan karena gw bosan bekerja, tapi karena ingin cepat-cepat melanjutkannya di “sarang” gw.

Sekarang gw benar-benar keteteran. Gw telah mengikat kontrak moral dengan guru SMA gw, dimana kami sepakat mengembangkan sebuah (prototype) sistem informasi open source untuk sekolah. Sementara itu gw juga sibuk membantu papa mengurusi infrastruktur perusahaan barunya. Buku-buku menarik mengenai teknologi terbaru juga telah menanti di samping tempat tidur, menunggu untuk dibaca dan dimengerti. Belum lagi kerjaan-kerjaan recurring yang sampai sekarang tetap ada. Sekarang gw justru menulis blog.

Semuanya memang dilakukan di luar jam kantor. Di dalam waktu yang terbatas. Di luar kemampuan sebagai manusia. Di dalam otak gw. I must do some sort of time management. ASAP.

Monday, June 12, 2006

Hidup dan musik

Untuk entah keberapa kalinya, speaker TEAC kiri gw rusak. Mungkin harus benar-benar dipensiunkan. Mereka lebih tua dari gw. Agak sayang, terus terang, speaker box 35x55x24cm itu dalam kondisi baik suaranya masih sangat bagus dan jernih. Lagipula mereka klasik.

Jadilah hari ini gw mengetik tanpa ditemani musik. Sepi. Begitu berpengaruhnyakah musik pada kehidupan manusia? Atau hanya gw?

Kadang gw suka menyetel suatu lagu baru (dalam artian “baru gw tahu”, belum tentu—dan sering malah bukan—new release) berulang-ulang, dan rasanya tidak pernah bosan mendengarkannya. Namun beberapa minggu kemudian, ketika gw mendapati lagu lain dimana gw kemudian menyetelnya berulang-ulang juga, lagu “favorit” sebelumnya tiba-tiba menjadi “sangat tidak menarik”. Merasa déjà vu?

Kadang juga, gw mengalami love at first hearing (bukan sight) kepada lagu yang menurut teman-teman gw, “banci”. Seperti cinta terlarang, gw mendengarkannya secara diam-diam, takut dicemooh teman. Dianggap tidak maskulin, dianggap “cemen”. Tapi untung saja, sejauh ini maskulinitas gw tidak tepengaruh dengan lagu-lagu semacam itu (dan sejujurnya, gw belum pernah dengar ada yang bisa begitu).

Namun gw bukan seorang radio head sejati. Gw tidak peduli lagu yang gw dengar itu fresh atau basi, selama “masuk” di telinga (at a given moment), gw tidak mempermasalahkannya. Gw bahkan tidak punya radio. Dan kepala gw juga masih bulat, tidak persegi seperti kebanyakan bentuk radio.

Sebelumnya gw sok purist. Gw hanya “beraliran” musik tertentu. Gw suka lagu yang instrumental—skill show off, seperti klasik atau jazz. Alasannya sederhana: gw tidak bisa nyanyi, gw hanya bisa (sedikit) bermain gitar. Ketika lagu itu dilantunkan, gw bisa turut mengiringi (meski “mengiringi” bukan kata yang tepat, karena ketika musik berhenti dan gw bermain sendiri, suara gitar gw lebih mirip seseorang tercekik daripada gitar yang dimainkan di lagu). Kini gw menyerahkan preferensi musik ke telinga dan hati gw. Mungkin juga karena gw makin jarang bermain gitar.

Dan, ngomong-ngomong soal preferensi musik, gw masih berpikir dangdut itu dinikmati karena “visualisasinya”. Gw tidak bermaksud memulai perdebatan halal tidaknya goyangan Inul cs (dan gw tidak peduli. Toh gw hanya menonton mereka sekilas—gw memang tidak pernah lama di depan TV), gw hanya bingung dimana letak nikmat dangdut ketika didengar dari radio, dimana “kelebihannya”? Hey, sebagai pria sejati gw mengharapkan lebih!

Hmm.. berbicara tentang goyangan/tarian.. gw akan sangat beruntung menemukan pacar yang mau menari di depan gw, secara eksplisit berusaha menggoda gw. Sejauh ini belum ada.

Friday, June 09, 2006

World Cup 2006

Ketika sebagian besar penduduk Indonesia memutar SCTV untuk menyaksikan Piala Dunia 2006, disini gw menonton.. Kontak Jodoh.

Ini benar-benar tolol. Dari kemarin gw sudah tahu 9 Juni adalah pertandingan perdana Piala Dunia. Gw juga tahu SCTV memegang hak siar eksklusif seluruh pertandingannya. Itu sebabnya ketika jam 11 malam gw menyetel SCTV dan yang muncul acara “Kontak Jodoh” (judulnya memang demikian), gw berpikir, “Mungkin Piala Dunianya telat, ini inisiatif SCTV mengisi slot kosong”.

Gw mandi.. makan.. dan di layar TV masih acara yang sama. Gw mulai mengumpat-umpat panitia Piala Dunia yang tidak becus mengurus perhelatan akbar seantero jagad itu. Gw sempat berpikir, jangan-jangan sebagian besar key person di situ orang Indonesia. Maklum gw orang Indonesia sejati, gw tahu kebiasaan bangsa ini soal waktu.

Kemudian gw menelpon seorang teman, sekedar menghabiskan waktu ketimbang menonton acara yang menurut gw tidak bermutu. Selesai berbasa-basi gw berkomentar, “Lama juga ya mulainya. Masih Kontak Jodoh.”

Jawaban teman gw membuat gw tiba-tiba orang paling tolol sedunia, “Kontak Jodoh? Ini udah 2-1! Lagi seru-serunya nih! Lo setel stasiun apa sih?” Selidik punya selidik, ternyata di TV gw tidak muncul pertandingan bola karena gw menggunakan TV kabel.

Benar-benar konyol. Gw sama sekali tidak sadar. Gw pikir untuk stasiun-stasiun nasional, TV kabel langsung me- loss -kan saja isinya. Ternyata tidak demikian. Kenapa dari awal mereka tidak memberitahukan ya? Atau gw yang tidak peduli? Sialnya lagi, antena lama gw sudah raib entah kemana. Akhirnya gw matikan TV, setelah sebelumnya gw potret beberapa gambar di layar untuk bukti ke teman gw bahwa gw tidak bercanda.

Mungkin ini harus terjadi supaya gw istirahat. Belakangan ini gw memang sering menyaingi jam kerja Batman. Besok pagi harus gw cari dimana antena sialan itu.

Wednesday, June 07, 2006

Hari-hari "yang diramalkan"

Kemarin tanggal 6, tepatnya 6 Juni 2006, atau kalau disingkat, 06-06-06 (666). Beberapa hari menjelang kemarin, sebagian orang memprediksi akan adanya musibah besar, entah apa, yang akan terjadi di tanggal itu. Mereka menganggap tanggal tersebut “sial” karena berkaitan dengan angka “iblis” seperti tertulis di kitab suci.

Gw tidak mempermasalahkan benar tidaknya apa yang tertulis, tapi yang gw tahu Dia tidak menciptakan penanggalan. Manusia yang melakukannya. Dan jika kita menganggap apa yang tertulis merupakan sabda, secara logika tentu kurang cocok menghubungkannya dengan apa yang diciptakan oleh manusia. Bagaimana kita tahu bahwa tanggal 6 Juni 2006 (yang “kita ketahui”) adalah tanggal 6 Juni 2006 (yang “sebenarnya”)?

Yang pasti, sampai hari ini, 7 Juni 2006 (satu hari setelah tanggal “sial” tersebut), gw dan kebanyakan orang masih menjalani hari seperti hari-hari sebelumnya. Dan kalaupun ada sesuatu yang buruk terjadi pada hari itu, menurut gw bukan “karena hari itu maka demikian”, namun karena “ orang-orang bersugesti mengenai hari itu sehingga demikian”.

Dan, oh ya, ngomong-ngomong soal hari “sial”—Tahukah kalian hari ini pun didesas-desuskan orang akan terjadi gempa hebat di Jakarta? Rumor itu bahkan dikabarkan berasal dari CNN. Sempat kuatir juga, meski tidak mengambil tindakan apa-apa (karena bingung?) :-) Namun setelah memikirkan kata-kata Epikurus, seorang filsuf Yunani kuno, bahwa manusia harus memandang kematian dengan sebelah mata (bukan karena kematian itu ada atau tidak, tapi karena yang ada dan berarti hanyalah hidup ini), gw menjadi lebih tenang. Mungkin karena gw sok religius dan percaya semua yang terbaik akan diberikan, mungkin karena gw terlalu sibuk dengan hidup gw sebagai programmer payah, atau mungkin karena gw terlalu cuek, tapi yang pasti gw tidak ambil pusing dengan rumor itu. Dan kita masih disini kan ?

Turut berduka atas musibah yang dialami saudara-saudara kita di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya.

Monday, June 05, 2006

First mobile blog

This is my first moblog posting!

Looking for my geek side?