Gw bingung sama cewek. Mereka plin-plan banget. Beberapa kasus yang gw temui (not necessarily my own experience):
"Lain kali menelponnya jangan sampai terlalu malam ya, supaya tidurmu cukup." Eh, besoknya, pas mau udahan, dibilang, "Kamu bosen ya bicara sama aku?"
"Aku ga suka film Indonesia ah," sewaktu ditanya mau nonton apa. Begitu diajak nonton film asing lima menit kemudian, "Itu aja deh (sambil menunjuk poster Kutunggu Jandamu)."
"Aku ga suka kamu terlalu gombal," ketika dipuji. "Kok kamu ga muji aku, kamu lagi deket sama cewek lain ya," ketika besoknya sang cowok menahan diri untuk ga memuji.
"Kamu brengsek (dsb, terlalu kasar untuk ditulis)." Besoknya, "Sabtu jadi datang ya? Aku kangen."
"Kalau jalan sama aku, pakai celana pendek aja supaya santai." Minggu depan ketika jalan bareng ke tempat yang sama, "Kok pakai celana pendek?"
"Aku mau kok nemenin kamu ke rumah temanmu." Dua hari kemudian ketika diajak ke rumah sahabat sang cowok, "Aku ga mau kesana ah. Nonton aja yuk!"
Serba salah juga. Kalau terlalu tegas, langsung diprotes, "Kamu ribet amat sih."
Saturday, December 13, 2008
Tuesday, December 09, 2008
Saatnya merayakan korupsi
Hari ini, 9 Desember 2008, diperingati sebagai Hari Korupsi sedunia. Gw dan jutaan rakyat Indonesia lain yang peduli dengan "Indonesia yang lebih baik" memperingati hari ini dengan penuh sukacita. Seperti kita ketahui, belakangan ini semakin banyak koruptor yang ditangkap. Ini seperti seorang diri menguras kolam renang di Waterbom dengan gayung. Nevertheless it has to be done.
FYI, gw selalu tertarik mengikuti tindak tanduk KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Setiap gw lihat berita tentang mereka di KOMPAS, pasti gw baca. Keren eui, seperti di film.
Biasanya orang nge-fans sama artis atau klub bola, tapi gw nge-fans sama lembaga pemerintah :D Mungkin ga penting ya, tapi gw kagum dan salut sama mereka. Sempet berpikir untuk melamar kesitu, tapi ga jadi setelah melihat kualifikasinya (I'm not qualified). Yang lucu lagi, gw sering mendoakan mereka supaya selalu dimudahkan pekerjaannya.
Sebelum KPK, gw selalu skeptis dengan negara gw. They give me hope for a better government.
Anyway, dari semua "jenis" korupsi, gw paling sebal sama korupsi dana penanggulangan bencana. Sepertinya orang-orang itu udah ga punya otak ga punya nurani juga. Atau mungkin hatinya ditaruh di pantat. Orang lagi susah kok dibikin tambah susah.
FYI, gw selalu tertarik mengikuti tindak tanduk KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Setiap gw lihat berita tentang mereka di KOMPAS, pasti gw baca. Keren eui, seperti di film.
Biasanya orang nge-fans sama artis atau klub bola, tapi gw nge-fans sama lembaga pemerintah :D Mungkin ga penting ya, tapi gw kagum dan salut sama mereka. Sempet berpikir untuk melamar kesitu, tapi ga jadi setelah melihat kualifikasinya (I'm not qualified). Yang lucu lagi, gw sering mendoakan mereka supaya selalu dimudahkan pekerjaannya.
Sebelum KPK, gw selalu skeptis dengan negara gw. They give me hope for a better government.
Anyway, dari semua "jenis" korupsi, gw paling sebal sama korupsi dana penanggulangan bencana. Sepertinya orang-orang itu udah ga punya otak ga punya nurani juga. Atau mungkin hatinya ditaruh di pantat. Orang lagi susah kok dibikin tambah susah.
Friday, December 05, 2008
Selingkuh belum tentu karena banyak pilihan
Barusan gw dapat tweet dari Karina mengenai blog entry tentang kesetiaan dan perselingkuhan. Yang menulis adalah Pandji Pragiwaksono, penyiar HRFM. Gw mo komentar ah..
Gw cenderung setuju dengan tulisan itu. Semakin banyak pilihan, umumnya semakin besar kemungkinan seseorang untuk selingkuh. Perhatikan bahwa kata "umumnya" dan "kemungkinan" gw tulis miring. Sayangnya Pandji lupa menulis 1 hal lagi: faktor internal--faktor yang menurut gw kontribusinya justru terbesar.
Seperti apa faktor internal itu? Dari pengalaman gw menjadi partner selingkuhan (halah) beberapa orang, antara lain:
Ketidakpuasan terhadap pasangan (biasanya faktor badaniah atau ekonomi). "Ini yang terbaik yang bisa gw dapat. Yah, dari pada ga ada."
Perhatian yang kurang dari pasangan. "Suami gw tajir banget, dia pikir perhatiannya yang kurang bisa dikompensasi dengan uang."
Perhatian yang justru berlebihan dari pasangan. "Cowok gw posesif banget. Masak gw sama sekali ga boleh punya teman cowok."
Menggampangkan perselingkuhan. "ATM BII dong. Asal Tau Mainnya, Berselingkuh Itu Indah."
Jenuh dengan pasangan, tapi ga berniat (atau ga berani) untuk mengakhirinya. "Cowok gw setia dan baik kok. Tapi ya itu, gw pengen ngerasain deket sama bad boy."
Secara kebetulan, kebanyakan cewek yang menjadikan gw partner selingkuh mereka justru merupakan "cewek baik-baik". Ini bisa jadi karena "setiap orang punya sisi nakal" atau memang gw yang keterlaluan brengseknya sehingga cewek baik-baik bisa selingkuh sama gw :D
Anyway, just a sidenote, gw kenal seorang cewek cantik yang pekerjaannya di bidang hospitality ("menjual senyum"). Hampir setiap hari ada yang mengajak kenalan, bahkan sering menawari pekerjaan dan memberi tip yang besar (hampir setara gaji gw per jam, hiks), tapi dia tetap setia.
Terus terang gw agak merinding dengan kesetiaannya, jadi gw lebih suka menganggap dia "bodoh" atau "terlalu cuek" :) (sungguh, beruntung banget cowoknya) Tapi gw selalu bilang ke dia, "Manfaatkanlah cowok yang mau dimanfaatkan. Jangan pernah menolak rejeki." Hehe..
Gw cenderung setuju dengan tulisan itu. Semakin banyak pilihan, umumnya semakin besar kemungkinan seseorang untuk selingkuh. Perhatikan bahwa kata "umumnya" dan "kemungkinan" gw tulis miring. Sayangnya Pandji lupa menulis 1 hal lagi: faktor internal--faktor yang menurut gw kontribusinya justru terbesar.
Seperti apa faktor internal itu? Dari pengalaman gw menjadi partner selingkuhan (halah) beberapa orang, antara lain:
Ketidakpuasan terhadap pasangan (biasanya faktor badaniah atau ekonomi). "Ini yang terbaik yang bisa gw dapat. Yah, dari pada ga ada."
Perhatian yang kurang dari pasangan. "Suami gw tajir banget, dia pikir perhatiannya yang kurang bisa dikompensasi dengan uang."
Perhatian yang justru berlebihan dari pasangan. "Cowok gw posesif banget. Masak gw sama sekali ga boleh punya teman cowok."
Menggampangkan perselingkuhan. "ATM BII dong. Asal Tau Mainnya, Berselingkuh Itu Indah."
Jenuh dengan pasangan, tapi ga berniat (atau ga berani) untuk mengakhirinya. "Cowok gw setia dan baik kok. Tapi ya itu, gw pengen ngerasain deket sama bad boy."
Secara kebetulan, kebanyakan cewek yang menjadikan gw partner selingkuh mereka justru merupakan "cewek baik-baik". Ini bisa jadi karena "setiap orang punya sisi nakal" atau memang gw yang keterlaluan brengseknya sehingga cewek baik-baik bisa selingkuh sama gw :D
Anyway, just a sidenote, gw kenal seorang cewek cantik yang pekerjaannya di bidang hospitality ("menjual senyum"). Hampir setiap hari ada yang mengajak kenalan, bahkan sering menawari pekerjaan dan memberi tip yang besar (hampir setara gaji gw per jam, hiks), tapi dia tetap setia.
Terus terang gw agak merinding dengan kesetiaannya, jadi gw lebih suka menganggap dia "bodoh" atau "terlalu cuek" :) (sungguh, beruntung banget cowoknya) Tapi gw selalu bilang ke dia, "Manfaatkanlah cowok yang mau dimanfaatkan. Jangan pernah menolak rejeki." Hehe..
Subscribe to:
Posts (Atom)