Laporan JUGI CodeCamp 2008:
Bayangkan 20 musisi Jazz dengan skill, pengalaman dan grup band yang berbeda, berkolaborasi membuat sebuah lagu. Ganti 'musisi Jazz' dengan 'programmer Java' dan 'lagu' dengan 'open source software'.
Kalimat itu adalah kalimat yang selalu saya ucapkan setiap ada
non-programmer yang bertanya "Apa sih CodeCamp?". Kenyataannya memang sangat sulit untuk diwujudkan, namun beberapa hari lalu komunitas Java terbesar di Indonesia, Java User Group Indonesia, baru saja melakukannya. Belum sesuai yang diharapkan, namun menjadi sebuah pencapaian tersendiri.
Jumat dan Sabtu kemarin, 7-8 Maret 2008, adalah tonggak sejarah bagi JUGI, mungkin juga komunitas IT di Indonesia, dengan diadakannya JUGI CodeCamp 2008. Sebuah acara yang murni dari komunitas, oleh komunitas, untuk komunitas. Bukan hanya itu, seluruh peserta terlibat membangun sebuah sistem informasi sekolah open source yang diharapkan bermanfaat bagi bangsa ini.
Acara dimulai dengan sambutan dari JUGI Leaders, Thomas Wiradikusuma dan Joshua Partogi, dilanjutkan dengan
requirements gathering bersama Domain Expert, Mas Mul (sampai sekarang saya ga tau nama aslinya). Selanjutnya Endy Muhardin menerangkan
development tools yang digunakan, terutama Subversion, kemudian
setup development environment lalu diskusi mengenai
domain model. Diskusi berjalan alot, mengingat setiap orang mempunyai pendekatan masing-masing dalam menyusun model. Hari pertama ditutup dengan acara jagung bakar dan potong kue Ulang Tahun JUGI yang ke-5. Setelah pemotongan kue, kebanyakan orang tidur, namun beberapa
sleepless soul sibuk berdebat soal
pattern Open Session In View.
Hari kedua peserta dibagi menjadi 2 kelompok, Deliverable dan Conceptual Design. Tim Deliverable, dipandu oleh Joshua, bertanggung jawab men-
develop sistem berdasarkan model yang telah didiskusikan sebelumnya.
Project skeleton yang telah disiapkan jauh hari sebelum CodeCamp ternyata tidak bermanfaat karena peserta tidak familiar dengan Maven 2. Tim Conceptual Design, dipandu oleh Thomas, berdiskusi mengenai detil Use Case dan Domain Rules menggunakan pendekatan Unified Process. Di akhir acara, kedua tim mempresentasikan hasilnya. Selesai acara formal, seluruh peserta berfoto bersama di depan vila, kemudian berwisata singkat di "Venice-Venice-an" di kompleks vila.
Kami akui masih terdapat beberapa kendala non-teknis,
we humbly admit that developers are not good at organizing events (they can't even organize what's on their desk!). Beberapa kendala itu sangat mengganggu sampai mempengaruhi
development dan
release. Tapi kami juga maklum, adalah mengada-ngada untuk merilis sebuah produk skala
enterprise dalam waktu yang sangat terbatas. Oleh karena itu, kami berkomitmen untuk meneruskan "perjuangan" ini---membangun sistem informasi sekolah yang kami namakan Dewantara, sampai benar-benar layak untuk dapat dinikmati publik.
Hopefully won't take long, since this is something we're very good at (instead of organizing an event ;-) ).
Terima kasih kami ucapkan kepada Sun Microsystem Indonesia untuk donasi uang,
merchandise dan pinjaman
server-nya (kami pikir suara keras itu suara blender). Kepada Artivisi,
a startup company from one of our respectable members, untuk donasi Domain Expert dan pinjaman peralatannya. Terima kasih kepada Meruvian, Trinita dan Daniel Baktiar untuk donasi uangnya, kepada JetBrains untuk donasi IntelliJ Personal License-nya. Tak lupa kepada Hadikusuma Wahab untuk pinjaman vilanya, dan terima kasih untuk teman-teman yang hadir. Tanpa kalian, acara ini hanya berhenti dalam diskusi di milis.
P.S. Foto ada
disini dan
disini.