There are two schools of thought on how you should lead your life. Yang satu bilang, "Let it flow" alias ikut aja kemana nasib membawamu. Yang lainnya bilang, "You design your own life" yang intinya kita menentukan hidup kita sendiri. Gw adalah pendukung pemikiran kedua. Tapi belakangan ini gw mulai ragu-ragu.
I'm an architect by profession. Gw merancang sistem komputer agar berfungsi seperti yang gw kehendaki dan memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu. Oleh karena itu, secara natural gw merasa berkepentingan merancang hidup gw sendiri agar mencapai apa yang gw inginkan. Tapi lama-lama gw sadar: gw, dan by extension, hidup gw, terlalu kompleks untuk diurus seluruhnya oleh seorang manusia (gw).
Kadang—oke, kebanyakan waktu—hidup ga berjalan seperti yang kita kehendaki. But you know what? Maybe it's for greater good. Sewaktu kuliah, gw alergi dengan yang namanya "asuransi" karena Papa bilang asuransi itu penipu. Dan begitu gw lulus kuliah, pekerjaan pertama gw adalah programmer di perusahaan asuransi nasional. Disitu gw tau pandangan Papa ga seluruhnya benar.
Gw juga berpikir MLM (Multi Level Marketing) itu penipuan. Tapi pekerjaan gw selanjutnya adalah menjadi konsultan yang membangun sistem MLM. Gw juga berpikir buruk tentang SMS premium (itu lho, seperti "Ketik REG kirim ke 1234"), tapi pekerjaan gw setelah itu adalah arsitek yang membangun sistem gateway perusahaan SMS premium. Yang terakhir, teman gw bilang bermain saham itu seburuk bermain judi, dan sekarang gw bekerja di salah satu perusahaan besar di Malaysia yang membangun sistem saham!
Apakah pandangan gw mengenai asuransi, MLM, SMS premium dan saham berubah? Tidak 180 derajat, tapi kini gw bisa melihat dari sisi yang lain. I did not design this, I did not anticipate this, yet it happened and I benefited from it!
Gw juga sangat ambisius. Begitu sistematiknya gw sehingga gw punya rencana untuk diri gw sampai lima tahun ke depan! Tapi kini gw ga ngotot untuk mencapai itu semua. Gw lebih menjadikan itu sebagai hint, lebih kepada, "Where am I right now? Am I getting better?"
Better. Itu kuncinya. Kita harus mencapai hidup yang lebih baik. Tapi apakah "lebih baik" itu? Lebih banyak uang? Lebih sehat? Lebih banyak teman? Setiap orang punya kriteria masing-masing, tapi patokan gw sederhana: If you're not getting happier (with what you've done so far), maybe you're heading the wrong direction.
Dan saat ini, kebahagiaan gw adalah setiap menerima SMS dari Mama, "Duitnya sudah kami terima, sekarang Mama bisa beli (suatu barang). Papa juga semakin sehat." I love my family so much I would sacrifice myself to make them happy. Tapi gw juga manusia yang butuh "dibuat senang". Itu sebabnya teman-teman menjadi hal berharga untuk gw, terlebih di saat seperti ini. Dan juga teman spesial. Pacar? Apapun namanya.
Gw dulu percaya gw harus berdiri dengan kaki gw sendiri. Gw percaya gw bisa sukses dengan kemampuan gw sendiri, karena gw ga suka berhutang budi yang akibatnya ga enakan. Well, guess what... it's a stupid thought.
Kita bisa dan harus sukses dengan kemampuan kita sendiri, tapi kita tetap butuh orang lain. The idea is not how you can be successful on your own, but how you can leverage help from others, and in return, help them reach success by leveraging you. Actually, that's how society works. You benefit from others while others benefit from you, mutually.
Ini adalah tulisan refleksi gw untuk tahun ini. Semoga tahun depan gw bisa lebih baik lagi. I believe, if I can be better, I can help other people better, and I can help them help others better.