“Dari abis Jumat-an,” Bapak di sebelah gw menjawab dengan pasrah ketika gw tanya kapan dia naik. Saat itu jam 5 sore dan bis yang kami tumpangi masih ngedon di Semanggi, sementara ratusan—mungkin ribuan—mobil mengular di depan kami. Gw memandang ke samping. Arah balik ga lebih baik.
Jumat ini memang spesial. Bukan karena awal bulan sehingga orang-orang gajian, tapi karena Jakarta (dan sekitarnya) sekali lagi kebanjiran. Sewaktu makan siang di luar gw sempat melihat jalanan di depan kantor, yang menuju ke kanan, tergenang air setinggi 30cm. Gw bahkan sempat mengambil foto perahu (ya, perahu!) milik Pemda DKI yang diparkir di sisi jalan.
Hanya selang dua jam setelah kembali ke kantor dari makan siang, jalanan di depan kantor yang menuju ke kiri ikut-ikutan terendam air. Gw mulai panik. Ajakan teman untuk segera pulang segera gw sambut. Beruntung ada orang kantor yang bawa mobil, gw dan teman gw nebeng sampai ke tempat yang aman, dilanjutkan dengan jalan kaki sebentar ke pintu tol Kebon Jeruk.
Sempat berpikir untuk ke kos, namun akhirnya gw langsung naik bis ke Bekasi, ke rumah. Maklum akhir pekan, lagipula tol Tangerang – Bekasi saat itu terlihat lenggang. Belakangan gw sadar itu tipuan maut.
Bis melaju mulus sampai menjelang Semanggi, selanjutnya gw iri melihat semut yang kelihatannya lebih cepat berjalan dibanding bis yang gw tumpangi. Jenuh tidur, gw ngobrol dengan bapak di sebelah, lalu dengan beberapa penumpang yang berdiri. Kebetulan salah satu penumpang kerja di Lintasarta sebagai network engineer, paling ga ada bahan pembicaraan.
Ga lama kemudian ada sms masuk, Mama mengabarkan bahwa rumah kebanjiran. Oh, great. Sebelumnya teman gw sempat menelpon, katanya rumahnya kebanjiran air setinggi dada. Karena kuatir, beberapa saat kemudian gw menelpon rumah, tapi ga ada jawaban. Gw telpon semua handphone orang rumah, ga ada yang menjawab. Karena bingung, akhirnya gw telpon-telponan dan ber-sms dengan beberapa teman.
Akhirnya gw berhasil terhubung dengan rumah. Untunglah rumah gw hanya banjir setengah lutut (udah kebanjiran kok masih bilang untung ya?). Kemudian gw menghabiskan waktu membaca e-mail di 6680 gw menggunakan Gmail Mobile.
Saat itu gw berpikir, gimana jadinya kalau terjebak macet tiba-tiba ingin buang air besar? Ga habis-habisnya gw bersyukur, tadi sewaktu makan siang gw makan banyak (nambah!) dan minum jus segala, sehingga di bis gw ga begitu lapar. Gw juga bersyukur menjelang keluar kantor gw sempat pipis. Untung aja!
Menjelang Cawang arus tol mulai lancar. Perjalanan dari Cawang ke Bekasi bisa dibilang sangat lancar malah. Gw turun di pintu tol Jati Bening, kemudian naik ojek sampai ke rumah. Sesampainya di rumah gw melihat jam. Alamak.. jam 10 malam!
No comments:
Post a Comment