Tuesday, March 23, 2010

Update About Me (ga penting)

I’m still at my office. This is just a quick note while I’m waiting for my GWT-based web app to finish compile.

Belakangan ini gw sering ke macrumors.com, soalnya gw ingin beli MacBook Pro. MacBook gw yang sekarang udah ga kuat lagi menemani gw menjalani hidup yang keras ini (hayah). MacRumors menyediakan Buyer’s Guide untuk membantu kita kapan sebaiknya membeli produk Apple. Gw ingat waktu beli iPod Nano untuk adek gw, sebulan kemudian muncul yang baru :( Coba dulu gw tau MacRumors.

Seminggu yang lalu gw demam dan ga masuk kerja. Seharian terkapar di kamar. Paginya (di hari gw ga masuk) gw ke klinik dekat rumah untuk periksa ke dokter dan dapetin surat ijin. Baru kerasa sedihnya tinggal sendiri. Untung tukang masak di kantin apartemen gw orang Indonesia dan berbaik hati nganterin gw ke klinik.

Weekend kemarin gw pulang ke Bekasi. Gw puas-puasin menghabiskan waktu bareng Mama dan adek gw. Tadinya ingin ke Dusit Mangga Dua untuk beli LCD untuk Mama dan Gemini untuk adek gw, tapi waktunya ga memungkinkan. Akhirnya kita ke Cyber Park. Harga Gemini cenderung sama dengan di kota, tapi LCD beda setengah juta, akhirnya gw hanya beli Gemini.

Gw juga kayaknya butuh LCD 24” untuk disini. Cinema Display is a bit out of my range, jadi gw ingin beli yang lain. Cinema Display mahal karena pakai teknologi IPS, gw keliatannya akan cari Dell U2410 yang juga pakai IPS. Daftar lengkapnya ada disini.

Thursday, March 11, 2010

Makanan di Malaysia, terutama Kuala Lumpur

Ini kedengarannya konyol, tapi setelah gw berkeluh-kesah di blog soal kepergian Papa, gw sekarang lebih plong. Anyway, back to my life.

Kalian mungkin tau, gw sekarang jadi kuli di negeri jiran. Sebelum kesini, gw sempat googling tentang Malaysia dan Kuala Lumpur, khususnya soal biaya hidup dan standar gaji (penasaran apakah penawaran mereka under atau good enough, hoho). Sekarang gantian gw yang sharing, tapi dari sisi lain.

Disclaimer: Gw disini baru tiga bulan. Karena ga ada teman hangout, gw lebih sering menghabiskan waktu senggang di rumah. Oh, kecuali disebutkan lain, gw hanya berbicara seputar Kuala Lumpur.

Ada tiga ras utama di Malaysia: Melayu, Cina dan India. Ada juga ras lain seperti Iban, tapi mereka minoritas. Malaysia merupakan negara favorit untuk menimba ilmu bagi orang-orang timur tengah, terutama Iran. Orang Eropa juga banyak terlihat terutama di pusat kota (bayangkan jalan Legian di Bali atau Kemang di Jakarta).

Soal makanan.

  • Karena multi-nasional, makanan disini sangat bervariasi.
  • Makanan disini cenderung “kurang rasa”, terutama jika dibandingkan dengan makanan Sumatera.
  • Mereka ga biasa menyediakan tissue dan botolan (sambal, kecap) di atas meja.
  • Kalau minta tissue kadang bayar (WTF???).
  • Mereka ga begitu suka pedas.
  • Sejauh ini, yang paling banyak variasinya adalah chinese food. Mereka menuliskan menunya ga pakai huruf latin, dan banyak pedagang yang bahasa Inggrisnya pas-pasan.
  • “Warung Padang” disini adalah rumah makan India (“nasi kandar”). “Warteg” disini adalah rumah makan “Mamak” (sebenarnya lebih mirip kafe sederhana ketimbang warteg).
  • Untuk warung Padang beneran biasanya di daerah yang banyak orang Indonesianya, misalnya Kampung Baru.
  • Pizza Hut disini ga enak. Pelayanannya payah, jauh dibandingkan di Indonesia.
  • McDonald disini juga ga enak, tapi sedikit lebih baik dari Pizza Hut. Mereka ga menjual nasi.
  • KFC disini hampir sama dengan di Indonesia (baik harga maupun rasa). Ga jual nasi juga.
  • Secara umum, sambal/cabe disini ga pedas, termasuk yang di fast food.
  • Di Indonesia, rumah makan yang ramai biasanya ada di dalam mall. Disini, orang-orang lebih memilih makan di restoran yang “kondisinya seadanya” (tanpa AC, bangkunya butut) tapi makannya enak. Di Indonesia kita melihat “nyaman”, disini melihat “enak” (meski makan keringetan).
  • Untuk sarapan, gw biasanya makan nasi lemak (anggaplah nasi uduk). Harganya rata-rata 2 RM (~Rp. 5.500). Kadang gw beli sandwich (2 RM juga), tapi nasi lemak lebih bikin kenyang.
  • Kalau pesan “teh”, akan dikasih teh+susu.
  • Kalau pesan “kopi”, akan dikasih kopi+susu.
  • Untungnya kalau pesan air putih, ga dicampur susu.
  • “Air putih” disebutnya “air kosong”.
  • Kalau mau pesan teh/kopi “doang”, bilangnya teh “O” atau kopi “O”.
  • Untuk sekali makan siang “orang kantoran” rata-rata 6 RM (~Rp. 16.500) dan kalau di mall rata-rata 12 RM (~Rp. 33.000).
  • Gw pernah sekali makan habis 25 RM, dan itu rasanya seperti mengeluarkan 25 ribu Rupiah (which of course, not true! 25 RM sekitar 69 ribu Rupiah). Biar ga boros, selalu ingat untuk “harga dikali tiga ribu”.
  • Malaysia adalah negara Islam, jadi makanan di mall, termasuk chinese food adalah halal, kecuali jelas-jelas tertulis “Non-Halal”.
  • Chinese food di luar mall kebanyakan ga halal. Hmm.. mungkin itu sebabnya teman-teman gw lebih prefer makan di luar mall.
  • “Mi” disini mungkin ada ratusan rasa.
  • Gw ga nemu Indomie disini, tapi kata teman Indonesia gw, seharusnya ada tapi rasanya beda (ga enak). Indomie asli dijual ilegal di beberapa tempat yang banyak orang Indonesianya.
  • Yang sering gw liat adalah mi Sedaap. Rasanya beda juga (ga enak).
  • Teh Botol Sosro sejauh ini hanya gw temui di rumah makan Tar di samping stasiun Chowkit. Udah beberapa minggu ini mereka ga ada stok.
  • Disini ga ada Hoka-Hoka Bento. Restoran Jepang disini rasanya “Jepang beneran” (ga tau juga sih, belum pernah ke Jepang, hehe). Pokoknya beda dengan Hokben yang rasanya “pop” banget (tapi gw suka, I’m so ordinary Indonesian).
  • Ikan asin keliatannya disini lebih dihargai, terutama di chinese food.
  • Nai goreng disini seperti nasi *digoreng sebentar banget* trus dikasih kecap *sedikit banget*. Dan mungkin ada ikan asinnya.
  • Di daerah kampus (bayangkan Depok), sekali makan bisa hanya bayar 3.2 RM (~Rp. 9.000). Nasi + daging + sayur.
  • Susu kedelai lumayan populer.
  • Minuman beralkohol paling populer adalah Carlsberg. Bisa dibilang itu “Bir Bintang”-nya Malaysia, soalnya banyak dijual di rumah makan pinggir jalan.
Secara umum, makanan disini sangat bervariasi tapi rasanya “nanggung” (kurang berani), dan harganya 1.5 - 2 kali lebih mahal dibanding di Jakarta. But of course, standar gaji disini 2-3 kali di Indonesia, so it’s not a big deal :)

Wednesday, March 10, 2010

Hello World (from MacJournal)

If you can read this, it means I managed to publish blog from MacJournal. Hello World!
This is a new line.

This is written in italics. And this one is bold.

You should see my picture below:
IMG_0202.18NMSse9Llrl.jpg

Bye :)

Update: I used Picasa to upload the picture. I hope it works.

Sunday, March 07, 2010

We don't live for ourselves

Kalau kamu ada di Facebook gw atau di milis Java User Group Indonesia, kamu mungkin mengetahui sekarang papa gw udah kembali ke Surga. Dengan sangat jujur gw bilang, gw sungguh menyesal dengan kepergian Papa. Baru sekarang gw ada waktu dan kekuatan untuk menulis ini.

Postingan ini berisi uneg-uneg gw. Akan banyak kata-kata kasar disini. Stop here if you don't want to read it.

Gw tau semua orang pada akhirnya akan meninggal. Gw juga tau "waktu"-nya ga bisa ditentukan. YANG GW GA MAU TAU ADALAH KENAPA GW GA BISA BERBUAT APA-APA UNTUK MENUNDA PROSES ITU.

Papa gw ga kena kanker, ga kena penyakit yang belum ada obatnya, ga kena kecelakaan. Papa meninggal karena penyakit yang SEHARUSNYA BISA DIOBATI KALAU TERDETEKSI SEJAK AWAL. Dari penuturan murid Papa dan beberapa teman sepaguyubannya, Papa udah tau dia sakit, tapi ga mau ambil pusing. Besar kemungkinan Papa ga mau merepotkan keluarga.

Awalnya hati gw menyalahkan Papa, tapi gw pikir lagi, ITU GA AKAN TERJADI SEANDAINYA GW BECUS MENCARI UANG DAN BUKANNYA BERSANTAI RIA. Seandainya gw udah sukses dan punya banyak uang, Papa pasti ga sungkan untuk merepotkan gw.

Tapi alih-alih bekerja keras, GW TERLENA DENGAN KEMAMPUAN GW DAN SIBUK DENGAN DUNIA GW, berusaha mengejar idealisme entrepreneurship yang sampai sekarang pun ga keliatan hasilnya. Alih-alih mengejar karir di suatu perusahaan besar, gw hanya membual janji bullshit kepada keluarga gw tanpa sadar they need my money now, not few years later after I sell my hypothetical Web 2.0 Startup to Google.

I HATE MYSELF, MY ARROGANCE, MY F*CK*NG DREAM OF BEING SUCCESFUL LATER AT THE COST OF "bersusah-susah dahulu". I hate myself for not realizing that I don't work for my own welfare. Kalau aja di otak gw ada pikiran, "Hey tolol, lo jangan cepat puas, segini belum ada apa-apanya untuk keluarga lo," tentu gw ga akan kecolongan seperti ini.

OK, mungkin semua udah ditakdirkan. Papa udah tau soal bencana Haiti dan Chile, jauh sebelum mereka terjadi. Papa juga tau bencana-bencana lain yang akan datang. Papa mungkin juga tau soal kepergian dirinya, sehingga secara "kebetulan" meninggalkan kami tepat setelah semua anaknya lulus kuliah dan udah bekerja, dan tepat saat Imlek saat kami sekeluarga berada di Indonesia (salah satu adek gw kuliah di Cina sedangkan gw bekerja di Malaysia). Well, I don't give a sh*t about those supernatural things. Yang gw tau adalah gw bersalah karena gw udah lengah dan ceroboh. Gw sungguh menyesal.

Papa, maafin koko ya karena koko bukan anak yang baik. Papa ga usah kuatir soal Mama, biar anak-anak yang mengurus. Koko udah pesan tiket untuk tiap bulan pulang ke rumah. Koko akan jaga Mama dan adik-adik. Koko ga akan marah-marah ke Mama lagi. Koko akan perbaiki rumah seperti keinginan Papa. Koko janji akan sukses dan membuat Papa bangga.


Koko senang Papa sekarang udah di Surga. Papa ga usah kuatir soal rumah dan yang lain, sekarang koko yang akan mengurus semua. Koko janji.

Looking for my geek side?