Wednesday, November 29, 2006

[Announcement] JaMU 24

Java User Group Indonesia (komunitas programmer Java seluruh Indonesia) kembali mengadakan JaMU (Java Meet Up)! Don't miss the event guys!


Java Meet Up (JaMU) 24 - Jakarta

Tempat:
SUN Microsystem Indonesia
Lantai 13, Gedung Wisma Metropolitan I (WTC Sudirman)
Jakarta

Waktu:
10.00 - 13.00 WIB

Hari/Tanggal:
Sabtu, 2 Desember 2006

Pembicara dan Topik:
Daniel Baktiar - Maven 2
Endy Muhardin - Subversion

Biaya:
-- FREE --

Pendaftaran:
Kirim email ke: jug-indonesia-owner@yahoogroups.com

Subject: [JaMU 24] Registration

Content:
Member Information
Name:
Position:
Company:
Website:
Contact Number:
Comment:

Note:
Tidak ada konfirmasi dari moderator, silakan langsung datang ke acara.


salam hangat,
Thomas Wiradikusuma
Panitia JaMU

Thursday, November 23, 2006

IWIC – the show, part 1

Senin, 13 Nopember 2006

Menurut jadwal yang dibagikan, peserta diharapkan datang antara jam 10-12 siang untuk registrasi. Karena bangga mengusung budaya Indonesia, gw datang telat. Isra sempat ngomel-ngomel ketika tahu gw masih di jalan sewaktu dia telpon. Apa mau dikata, omelannya ga mempan menghilangkan macet yang menghalangi mobil gw dengan gedung Indosat.

Sesampainya di tempat tujuan, gw langsung memproses diri gw dan makan. Isra memberikan uang sekian ratus ribu sebagai “pengganti uang taksi” (gw sudah jelaskan kalau gw ga naik taksi, tapi dia tetap memberikannya). Mas Mardi yang saat itu sedang makan berkomentar sambil tertawa, “Wah telat nih. Kebiasaaan ya orang Jakarta.” Hehe.. maaf Mas!

Kemudian ada beberapa briefing, dilanjutkan dengan foto-foto di luar gedung. Saat itu kondisi fisik gw sedang ga fit, jadi tampang gw di foto mirip orang pesakitan. Ga lama kemudian kami (para finalis dan sebagian panitia) berangkat ke wisma Indosat di Jatiluhur.

Selama di bis gw ngobrol dengan Budi Daryatmo, finalis dari Palembang. Dia juara satu tahun lalu, dan juara satu lagi tahun ini (akan gw jelaskan kemudian). Capek ngobrol, gw tidur. Sebagian besar dari penumpang bis juga tidur, kecuali sopirnya tentu saja (gw ga akan disini menulis blog kalau sopirnya tidur waktu itu).

Sesampainya di wisma, kami langsung berberes dan di malam harinya briefing setelah makan malam. Vinta, salah seorang EO ( event organizer), berbaik hati meminjamkan minyak kayu putih (atau minyak angin? Sama saja lah) ke gw, karena saat itu kondisi gw masih belum fit. Maklum, sehari sebelumnya sempat bergadang menyelesaikan prototipenya.

Berhubung prototipe gw belum selesai juga, terpaksa sehabis briefing gw kembali meneruskan prototipe gw. Untung gw ga sendirian, ada beberapa teman yang turut sibuk memoles prototipe masing-masing. BTW, perhatikan penekanan kata “meneruskan” dengan “memoles”, terlihat bahwa orang malas (gw) ternyata berbeda dengan orang-orang rajin :-)

Perjuangan di malam hari itu sungguh melelahkan. Sampai akhirnya hanya gw dan Rochadi Hartanto, wakil Jakarta dan sekitarnya kategori Hardware, yang bertahan. Seperti biasa, ketika otak berpikir keras maka perut bergejolak lebih keras lagi. Untungnya Mas Mardi came to the rescue, membawakan kami martabak manis dan martabak sayur. Entah dapat wangsit dari mana beliau kepikiran membawakan kami makanan. Ga lama kemudian Hadi gugur, dan gw bekerja sendiri ditemani jangkrik sambil menyesali nasib (hehe..).

Beberapa teman yang kebetulan keluar kamar mengambil minum agak kaget melihat gw masih melek. Gw sempat mau menyerah, tapi mereka terus mendukung gw. Hiks.. kalau mengingat saat itu, mengharukan sekali. Akhirnya gw kembali bekerja, sendiri, sambil sesekali mengigau. Sekitar jam 3 prototipe gw selesai sudah. Gw kemudian tidur dengan tenang.

Perjalanan gw dan teman-teman selama masa kontes masih panjang. Besok akan gw tulis kelanjutannya. Stay tuned guys!

Wednesday, November 22, 2006

Love blinds. Men should lead.

Belakangan ini gw mulai berpikir lagi tentang cinta. Gw merasa kalau soal cinta, soal perasaan, gw sama sekali belum dewasa. Pengalaman gw dengan cewek banyak, tapi kebanyakan hanya skin deep. Untuk menjalin sebuah relasi yang sungguh dan berkelanjutan, gw masih agak takut.

Gw takut dikecewakan lagi. Pernah suatu waktu gw jatuh cinta pada pandangan pertama dengan seorang cewek imut, yang baru satu minggu kenalan sudah gw tembak. Saat itu perasaan gw benar-benar tulus, benar-benar sayang (gw sampai bilang ke sahabat-sahabat gw, “Guys, gw pensiun dari main-main dengan cewek.”). Tapi ternyata gw “dikhianati”. Dan itu bukan kejadian pertama. Pengalaman seperti itu membuat gw sangat menjaga jarak dengan cewek, especially when it comes to serious relationship.

Here I am now, still single. Ga hanya gw yang sewot dengan “kejombloan” gw, orang lain juga demikian. Banyak yang ga percaya gw jomblo. Mereka bilang, “Masak sih cowok kayak lo belum punya cewek?” Beberapa bahkan sempat berpikir gw gay. Astaga, itu sama sekali ga benar!

Cinta sangat mempengaruhi produktivitas gw. Kadang gw bisa sangat produktif, namun ketika gw merasa diabaikan, produktivitas gw menurun tajam. Contohnya ketika gw sms-an dengan cewek yang gw suka. Ketika smsnya lancar, gw sambil bersiul mengerjakan pekerjaan gw. Namun ketika smsnya berhenti, gw langsung berpikir yang tidak-tidak (padahal mungkin lawan sms gw sedang ada halangan tertentu), dan gw langsung malas melanjutkan pekerjaan. Mungkin ini bukan cinta dalam artian sesungguhnya, tapi ini sungguh mengganggu.

Lalu ketika gw berniat untuk menjalin hubungan serius dengan cewek, justru ceweknya yang tidak siap. Ini kadang terjadi. Alasannya kurang lebih serupa: trauma sehingga menjaga jarak. Halah, kok bisa begitu ya?

Mulai saat ini gw akan bersikap tegas dengan cewek seperti itu. Take me or leave me. Sebagai konsekuensinya, gw juga harus belajar ga menyandarkan perasaan gw ke cewek. Come on Thomas, lo kan cowok! Diciptakan seperti Adam, menjadi pelindung dari tulang rusuk, dan bukan sebaliknya!

Road to IWIC

“Thomas, ini Isra dari Indosat. Selamat ya, Anda terpilih sebagai salah satu dari tiga finalis IWIC yang mewakili Jakarta dan sekitarnya,” demikian Isra Ruddin, PIC ( person in charge) IWIC wilayah Jakarta dan sekitarnya, mengawali percakapan per ponsel ketika gw lagi di kantor.

Saat itu gw ga langsung percaya. Gw bahkan sempat bertanya, “buktinya apa kalau Mas memang dari Indosat?” Tapi berhubung Isra nyerocos terus, akhirnya gw anggap saja dia memang benar. Intinya Isra mengucapkan selamat dan menyarankan agar gw segera mempersiapkan prototipe konsep yang gw usung. Saat itu pertengahan Oktober, menjelang libur Lebaran.

Apa itu Indosat Wireless Innovation Contest? Kalian bisa lihat di situs Indosat mengenai IWIC. Gw tau kontes ini dari iklan di KOMPAS hari Kamis, awal(?) September. Saat itu gw langsung tertarik dan gw simpan korannya. Tapi sayangnya korannya hilang (iklannya hanya ada di hari itu), sehingga gw sempat berpikir, “Ya sudah lah, mungkin bukan buat gw”.

Secara kebetulan, di akhir September gw datang ke Galeri Indosat di samping kantor. Gw mau bayar tagihan Matrix yang sudah telat (hehe.. kebiasaan). Pas gw lagi antri, eh, ternyata ada posternya! Buru-buru gw foto deh pake kamera di ponsel gw. Gw lihat tanggal deadline-nya.. Waks, tinggal beberapa hari lagi!

Sialnya lagi, berhubung gw super pelupa, sampai rumah gw malah sibuk mengurusi hal lain. Gw baru ingat kontes itu sehari (hari Minggu) sebelum deadline. Berhubung gw pernah kuliah, gw sudah berpengalaman menerapkan SKS (Sistem Kebut Semalam). Alhasil gw selesai juga merangkai konsep, berupa presentasi Power Point. Saat pengumpulan naskah, sungguh, gw sama sekali ga berharap dipanggil. Lha, bikinnya aja semi-asal. Itu sebabnya gw agak curiga pertama kali Isra telpon. Tapi setelah telponnya ditutup, gw langsung lompat-lompat kegirangan (ini majas, tentu aja, gw ga mungkin melakukannya di kantor).

Libur Lebaran seminggu gw habiskan di Bandung bersama keluarga. Gw bela-belain bawa laptop supaya bisa buat prototipe yang diminta. Rencana gw waktu itu, tiga hari di Bandung cukup untuk menyelesaikan semuanya. Gw salah. Disana gw malah bisa dibilang ga bikin prototipe. Suasananya terlalu adem sehingga gw kebanyakan tidur daripada kerja!

Sepulang dari Bandung, gw buru-buru cari kos dekat kantor. Maksud gw, lagi-lagi, supaya gw bisa buat prototipe. Logika gw adalah, kalo gw kos, gw punya lebih banyak waktu untuk bikin prototipe, daripada waktu gw habis percuma di jalan. Logika ini ternyata ga berjalan sempurna karena alasan yang gw tulis di blog sebelumnya.

Anyway, despite the fact gw belepotan bikin prototipenya, the show must go on. Indosat mensyaratkan seluruh finalis (ada 17 dari seantero Indonesia) mengikuti karantina dari tanggal 13-16 November. Ini masalah buat gw. Pertama, gw baru dua bulan kerja di tempat yang baru. Gw masih pegawai percobaan! Kedua, gw lagi di tengah proyek kantor yang sudah dekat deadline.

Kedua hal itu pasti akan jadi penghalang utama gw ketika minta cuti. Dan itu memang terbukti, bos gw agak keberatan. Tapi entah kenapa, akhirnya gw diberikan ijin juga. Bagi yang penasaran, “kalau ternyata ga dikasih, bagaimana?” Jawaban gw sederhana, gw akan tetap ikut. I leave the reason for your exercise.

Nah, sekarang gw ingin cerita pengalaman gw selama dikarantina Indosat. Tapi.. gw mandi dulu ah, dari pagi belum mandi nih! Maklum, hari ini gw cuti kerja, gw kurang enak badan (malu ah cerita detilnya, cukup beberapa orang dekat saja yang tahu).

Tuesday, November 21, 2006

Kisah duka ngekos

November 21. Whoa, more than a month since my last blog! I failed to fulfill my desire to blog regularly, at least twice a week. Well, here’s a new entry, better late than never.

A lot of things happened during the period. I finally dwell in a “kos”, I was elected as one of the IWIC’s finalist (and came up as the third winner, Software category), and my romance life was a bit fluctuated. I’m not going to talk about the latter, of course.

Pertama gw mau cerita soal kos. Gw mulai kos di akhir Oktober. Tempatnya 10 menit dari kantor, 450 ribu sebulan, kamar mandi di dalam, dan ruangannya lumayan luas (untuk kos dengan harga komparatif). Ini khusus kos-kosan, hanya ada sepuluh kamar (5 di atas, 5 di bawah).

Gw ngambil yang bawah, karena waktu gw survey (Minggu sore) yang bawah lebih adem meski tanpa kipas dan AC. Kelihatannya keputusan gw salah. Senin besoknya, sepulang kerja, ternyata kamar gw sama sekali ngga adem. Setelah kenalan dengan beberapa anak di atas dan main ke kamar mereka, ternyata kamar mereka justru yang adem. Untungnya minggu depan gw bawa kipas berbentuk AC portabel. Sekarang kipas itu rusak (duh!).

Ngomong-ngomong soal kipas yang gw bawa, gw sempat mati-matian jelasin ke ibu kos kalau itu adalah kipas (dia ga sengaja lihat waktu pintu kamar gw buka, dia pikir itu AC). Maklum, setelah kos-kosannya mulai terisi semua, listrik sering turun.

Tujuan gw (buru-buru) kos adalah supaya banyak waktu untuk bikin prototipe konsep gw yang masuk finalis IWIC (akan gw jelaskan kemudian). Saat itu gw cuma punya waktu satu minggu sebelum tenggat waktu pengumpulan prototipenya.

Sayang seribu sayang, seminggu pertama di kos justru menyengsarakan. Boro-boro kerja, untuk tidur saja gw harus buka kaca dan buka baju supaya ga gerah. Hilang sudah khayalan indah hidup bebas mandiri. Alhasil, gw harus kebut pembuatan prototipenya dalam empat hari (tebak sendiri hasilnya, jauh dari sempurna). Apalagi saat itu gw masih sibuk ngurusin proyek kantor.

Ada satu lagi kejadian lucu. Waktu itu gw pulang dari kantor jam 7 malam. Karena lapar, gw mampir ke warung pecel ayam di pinggir jalan. Pas lagi enak-enaknya makan, eh.. turun hujan deras banget! Singkat kata, gw harus menunggu disitu sampai jam 9. Udah bete nunggu ujan, akhirnya ngobrol sama orang yang sama-sama nunggu. Eh, dia malah nawarin MLM. Caaape deeehhh...

Penderitaan gw belum selesai sampai disitu. Sesampainya di kos, gw lihat ada handuk basah masih tergantung di jemuran. Ya, itu handuk gw, dan itu satu-satunya handuk gw di kos! Akhirnya gw terpaksa lap badan pakai baju kering. Benar-benar melelahkan, gw harus cuci sampai bersih handuk itu dan beberapa pakaian lain.

Sekian dulu untuk blog hari ini. Cerita tentang IWIC akan gw tulis besok.

Looking for my geek side?