November 21. Whoa, more than a month since my last blog! I failed to fulfill my desire to blog regularly, at least twice a week. Well, here’s a new entry, better late than never.
A lot of things happened during the period. I finally dwell in a “kos”, I was elected as one of the IWIC’s finalist (and came up as the third winner, Software category), and my romance life was a bit fluctuated. I’m not going to talk about the latter, of course.
Pertama gw mau cerita soal kos. Gw mulai kos di akhir Oktober. Tempatnya 10 menit dari kantor, 450 ribu sebulan, kamar mandi di dalam, dan ruangannya lumayan luas (untuk kos dengan harga komparatif). Ini khusus kos-kosan, hanya ada sepuluh kamar (5 di atas, 5 di bawah).
Gw ngambil yang bawah, karena waktu gw survey (Minggu sore) yang bawah lebih adem meski tanpa kipas dan AC. Kelihatannya keputusan gw salah. Senin besoknya, sepulang kerja, ternyata kamar gw sama sekali ngga adem. Setelah kenalan dengan beberapa anak di atas dan main ke kamar mereka, ternyata kamar mereka justru yang adem. Untungnya minggu depan gw bawa kipas berbentuk AC portabel. Sekarang kipas itu rusak (duh!).
Ngomong-ngomong soal kipas yang gw bawa, gw sempat mati-matian jelasin ke ibu kos kalau itu adalah kipas (dia ga sengaja lihat waktu pintu kamar gw buka, dia pikir itu AC). Maklum, setelah kos-kosannya mulai terisi semua, listrik sering turun.
Tujuan gw (buru-buru) kos adalah supaya banyak waktu untuk bikin prototipe konsep gw yang masuk finalis IWIC (akan gw jelaskan kemudian). Saat itu gw cuma punya waktu satu minggu sebelum tenggat waktu pengumpulan prototipenya.
Sayang seribu sayang, seminggu pertama di kos justru menyengsarakan. Boro-boro kerja, untuk tidur saja gw harus buka kaca dan buka baju supaya ga gerah. Hilang sudah khayalan indah hidup bebas mandiri. Alhasil, gw harus kebut pembuatan prototipenya dalam empat hari (tebak sendiri hasilnya, jauh dari sempurna). Apalagi saat itu gw masih sibuk ngurusin proyek kantor.
Ada satu lagi kejadian lucu. Waktu itu gw pulang dari kantor jam 7 malam. Karena lapar, gw mampir ke warung pecel ayam di pinggir jalan. Pas lagi enak-enaknya makan, eh.. turun hujan deras banget! Singkat kata, gw harus menunggu disitu sampai jam 9. Udah bete nunggu ujan, akhirnya ngobrol sama orang yang sama-sama nunggu. Eh, dia malah nawarin MLM. Caaape deeehhh...
Penderitaan gw belum selesai sampai disitu. Sesampainya di kos, gw lihat ada handuk basah masih tergantung di jemuran. Ya, itu handuk gw, dan itu satu-satunya handuk gw di kos! Akhirnya gw terpaksa lap badan pakai baju kering. Benar-benar melelahkan, gw harus cuci sampai bersih handuk itu dan beberapa pakaian lain.
Sekian dulu untuk blog hari ini. Cerita tentang IWIC akan gw tulis besok.
No comments:
Post a Comment