Friday, October 13, 2006

Larangan Penerimaan Parsel dan Mentalitas Pengusaha

Beberapa hari belakangan mulai ramai dibicarakan isu larangan penerimaan parsel bagi pejabat. KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) mengeluarkan larangan (beberapa sumber mengatakannya sebagai “himbauan”) tersebut sejak tahun 2004.

Para pengusaha parsel, khususnya yang tergabung dalam APPI (Asosiasi Pengusaha Parsel Indonesia), mengungkapkan kegelisahannya. Tentu saja, mengeluh karena pendapatan menurun tidaklah etis bagi pengusaha. Mereka lebih memilih mengeluarkan “kisah sedih” yang menimpa karyawannya: PHK, penurunan gaji, sampai ilustrasi, “usaha parsel saya telah membantu anak-anak muda setempat lepas dari pengangguran, sekarang saya harus merumahkan mereka lagi.” Yeah, right.

Kalau memang mereka merugi, kenapa tidak jujur mengatakan “saya rugi kalau begini terus, padahal bulan depan saya mau ajak istri muda saya belanja di Hongkong” (wordings may vary). Bukannya “kisah sedih buruh” tidak ada, tapi pengungkapannya cenderung sekedar menjadikan buruh target pelampiasan.

Lucu. Mereka yang memecat dan mengurangi gaji karyawan-karyawannya, KPK yang “disalahkan”. Ini adalah tindakan reaktif, bukan proaktif. Masalahnya bukan pada pemecatan karyawan (mungkin ini solusi terbaik untuk keselamatan ekonomi pengusaha yang bersangkutan), tapi pada statement implisit “saya terpaksa melakukannya karena KPK membuat saya begitu”.

Come on, KPK tidak melarang pengusaha parsel berbisnis. KPK hanya melarang pejabat menerima parsel. Mayoritas penduduk Indonesia bukan pejabat kan? Kenapa harus menyalahkan KPK? Kenapa tidak menanggung tanggung jawab (merugi adalah konsekuensi logis berbisnis) dan secara jantan bersikap efektif?

Seharusnya para pengusaha memiliki mentalitas kelimpahan (abundance mentality), sebuah paradigma bahwa ada banyak di luar sana untuk semua orang. Jika pasar dirasa sudah saturated, terlebih akibat pelarangan KPK, ada baiknya mereka berinovasi dengan strategi blue ocean.

Fellow entrepreneurs, you have the capacity to overcome your problem. Don’t waste your time cursing others.

Semoga KPK tetap konsisten dengan usahanya memberantas korupsi di negeri ini. Semoga para pengusaha parsel menemukan solusi terbaik untuk kepentingannya. Semoga para buruh parsel tetap dapat bekerja dan menghidupi keluarganya.

7 comments:

  1. vtApa hubungan pengusaha parcel dengan pejabat? "Parcel" yg diterima pejabat jelas beda dengan parcel bingkisan yg dijual di pasaran. Tapi tujuannya sama, buat mengambil hati orang yg dikirimkan.

    ReplyDelete
  2. Sip setuju.. Seharusnya para pengusaha parsel tidah hanya mengandalkan satu segmen pasar, toh parsel bukan cuma buat pejabat. Kehilangan satu titik potensial bukan berarti 'guling tikar' kan.

    Kalo ngomognin parselnya pejabat emang dari dulu gw tau kalo pengadaan parcel tersebut cenderung membuat orang memiliki kesempatan utk korupsi ga usah dNiatin jg pasti kecipratan lebihnya, apalagi kalo emang niat korupsi.

    Hal yg sama terjadi pada pengadaan Komputer pada Departemen Pertanian daerah Sukabumi (Kantornya Tebe) Komputer dengan harga 6jt bisa jadi 8-9jt lebihnya buat apa? gw jg ga tau deh.. buat THR kali.. biar bagi2 dosa.. hehheeh..

    Hidup Korupsi!!!

    eh salah..

    Brantas Korupsi!!!

    ReplyDelete
  3. aduh aduh
    saya nih diamanahi ngasihin komentar kesini...

    tapi, .. saya enggak punya wawasan banget dalam hal spt ini.

    Jd komentar saya gini aja
    "Korupsi itu enggak boleh lho.."

    Salam ... eh, hangat
    Eko SW
    :D

    ReplyDelete
  4. he3, idem2 saya juga diamanahi nich....jgn2 yg isi blog semua diamanahi, ato jgn2 sudah dikirimin parsel semua, jadi mau saja menerima dan melaksanakan amanah.....btw, parsel saya kok isinya susu dan roti yang sudah kadaluarsa :D
    memang untuk blog ini saya jg kurang begitu memahami, karena ini sudah menyangkut area politis, kalau kita dari sisi pengamat mungkin akan mempunyai pola pikiran yang sama, dengan hal sang moderator tapi kalau dilihat dari sisi pedagang, benar dengan apa yang dikemukakan sebelumnya. koin saja mempunyai 2 sisi, magnet mempunyai 2 kutub, jadi antara pemikiran yang satu dengan yang lain pasti akan saling berseberangan. memang secara tidak langsung, keputusan yang diambil kpk benar, untuk menghindari adanya kkn salah satu alternatifnya melarang adanya pengiriman parsel untuk para pejabat, walaupun secara samar2 ada beberapa lembaga tinggi lainnya yang merestui pengiriman parsel diperbolehkan, dan menurut saya juga pemberian parsel seharusnya diperbolehkan asal dari level atas ke level bawah, tapi kalau dari level bawah ke atas tidak diperbolehkan. ini hanya untuk ruang lingkup yang sama, karena untuk ruang lingkup yang beda tidak ada aturan yg jelas mengenai level2 tsb, oleh karena tidak adanya kepastian ttg itu, saya juga cenderung untuk setuju dengan apa yang diputuskan oleh KPK. memang dari segi pengusaha, pendapatan akan menurun, karena walaupun mayoritas penduduk indonesia bukan pejabat, tapi normalnya kaum pejabatlah yang paling sering menerima bingkisan ketimbang dengan mayoritas non pejabat pada umumnya yang ditilik dari harga parselnya pun akan jelas berbeda, dan kemungkinan yang diprotes oleh para pengusaha parsel adalah para pedagang yang umumnya menjual parsel untuk para pejabat, sedangkan bagi pedagang yang biasa menjual parsel untuk kalangan umum mungkin tidak akan berteriak. memang umumnya karakter setiap orang adalah berusaha mencari kambing hitam atas permasalahan yang timbul, walaupun sebenarnya kambingnya itu tidak hitam dan tidak komplain atas warnanya tsb tapi itu adalah hal yang lumrah, dan saya sendiri juga sering mengalami hal tsb. mungkin di satu sisi, pengusaha dituntut untuk mempunyai usaha yang lain untuk meng-counter apabila salah satu bisnis usahanya macet, atau resiko bisnislah, setiap mau untung harus ada harga yang harus dibayar, bisa saja dia bangkrut, setengah bangkrut, ga untung atau rugi, untung bla3 tapi setahu saya orang kalau sudah untung maunya untung terus, alias kalo sudah untung buat apa mo rugi.....coba kalo kpk tidak mengeluarkan keputusan, pasti akan untung terus kan.......tapi pada intinya disini adalah bagaimana mencari alternative agar win2 solution, mungkin parsel ini hanyalah salah satu cara untuk kkn seperti yang saya bilang diatas, tapi tidak perlu pakai parselpun sebenarnya juga bisa kan dengan mengirim cheque ucapan selamat menunaikan atau selamat yang lain2, kalau menurut saya salah satu cara yang sudah dilakukan yaitu pemeriksaan harta kekayaan para pejabat yang dikirimkan ke publik atau transparan lebih efektif untuk mencegah kkn tsb, tinggal gimana cara penekanan dan menutupi celah2 kosong dengan pemberian sanksi2, logikanya mana mungkin seorang polisi memiliki harta ber-milyar2 dan memiliki rumah di pondok indah, dengan gaji yang bisa kita terka2 sendiri...jadi intinya seperti itu, jgn sampai menutup lubang yang satu tapi melupakan lubang lainnya, karena kebocoran akan tetap ada walaupun volumenya akan berkurang....hidup kpk......hidup pedagang parsel....hidup moderator...

    ReplyDelete
  5. SETOJOE istilah setuju aq tujukan pada dukungan terhadap KPK, hiiidup KPK..!!!!

    ... BTW aq cuma mau nyapein uneg2 nich,

    Aq pikir kok aneh ya, KPK kan ngelarang memberikan parsel untuk ATASANNYA tapi kenapa parcel jadi sepi... ini berarti mereka (pejabat) itu cuma memberikan PARSEL ama Atasanya dunk.. BETUL..??
    (kata orang jawa ' kadang konang '

    Keadaan ini menunjuk kan beberapa hal :
    - Masarakan kita (Pejabat) kebanyakan tidak mencintai atasan dari pada bawahan
    - Selama ini pejabat itu pad NYOGOK lewat parsel...(?)
    - Ad yang pura2 jadi pejabat kali ya... (peliit nich)
    - Apa bener itu aspirasi PEDANGANG PARSEL bukanya pengen NGEROBOHIN KPK


    Salam
    suwidi.or.id

    ReplyDelete
  6. para pengusah itu kan mengikuti kata pepatah:

    COGITO ERGO LOCO!!!

    saya berpikir maka saya gila...

    ngakunya sarjana kok mikir kaya anak TK...
    nggak usah dipikir lah Tom...

    ReplyDelete
  7. Mmmm, Parcel dan pejabat. menurut g seh.. gak etis. seh kalo terima parcel terus parcelnya di pakai buat nyogok. sekarang tujuannya apa dulu.. kalo cuma sekedar silahturahmi silahkan aja kirim parcel, tapi kalo buat nyogok atau supaya si penerima parcel itu jadi harus bantu si pemberi parcel itu seh.. tergantung si penerima. toh biarpun di kasih parcel kalo si penerima nya gak ada niat korup/KKN ya di paksa bantu/KKn sama si pemberi parcel juga gak bakal tergoda kan..
    jadi sebenernya memberi parcel / menerima parcel OK OK aja.. yang penting hati & pikiran si empunya otak dan niat. kalo moral bejat mah di kasih gak di kasih tetep korup/KKN

    ReplyDelete

Looking for my geek side?