Saturday, November 21, 2009

Thomas yang lebih baik

Apa yang memotivasi kita bekerja? Jawabannya mungkin ada pada Hierarchy of Human Needs dari Abraham Maslow. Alasan pertama adalah fisiologis: agar bisa makan enak dan tinggal di tempat yang nyaman, dan dapat tidur dengan nyenyak. Setelah diri sendiri aman, umumnya orang mulai memikirkan keluarga, pertemanan dan romantisme.

Berdasarkan teori Maslow pula, semakin terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan di atas, manusia mulai memikirkan esteem dan self-actualization. Mereka ingin dihargai, mencapai prestasi, dan mulai memikirkan dunia secara menyeluruh.

Idealnya, semakin naik ke atas tentu semakin baik. Namun seperti halnya naik ke gunung yang tinggi, meniti piramida Maslow juga penuh dengan cobaan. Kadang, kita terlalu asyik melihat ke atas sehingga ga sadar bagian bawah kita mulai keropos.

Kita asyik mengejar yang kita inginkan namun melupakan yang udah kita punya. Kita punya uang banyak tapi ga bisa makan enak karena darah tinggi, ga bisa tidur nyenyak karena merasa was-was, dan menelantarkan keluarga—padahal merekalah alasan kita habis-habisan memeras keringat.

Gw menulis ini untuk mengingatkan diri gw sendiri, karena gw akan merantau. Salah satu alasan gw merantau tentu karena rumput tetangga lebih hijau. Alasan lainnya? Hmm... mungkin dengan gw pergi, gw bisa memulai hidup baru. Memulai dari kertas kosong.

Waktu SD, teman-teman gw mengenal gw sebagai Tukang Gambar. Gw hampir ga pernah dapat nilai di bawah delapan setiap pelajaran Menggambar. Gw juga ingat, saat itu pertama kalinya gw menyentuh tangan cewek yang gw suka, gw berkeringat dingin (beneran), padahal itu lagi rame-ramean sehingga mungkin si cewek ga sadar kalo gw pegang tangannya. Ceritanya memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan tuh, hehe..

Waktu SMP, teman-teman gw mengenal gw sebagai Tukang Komputer. Gw berlangganan Internet sejak kelas 2 SMP, dan sejak itu hidup gw rusak, hehe.. Anyway, meski udah dapat pencerahan dari Internet soal pria-wanita, gw masih ingat betapa gw sering mandi keringat setiap nelpon cewek yang gw suka. Pokoknya katro banget!

Waktu SMA, teman-teman gw mengenal gw sebagai Tukang Gitar. Bukan tukang benerin gitar, tapi tukang main gitar. Seperti umumnya cowok-cowok berseragam putih abu-abu, gw suka nge-band. Saat SMA juga gw pertama kalinya benar-benar pacaran. OK, actually ini pacaran keempat gw, tapi tiga sebelumnya hanya "status" tanpa actually do anything significant.

Waktu kuliah, teman-teman mengenal gw sebagai.. well, actually, gw ga dikenal. Gw orang desa masuk kota. Suddenly I felt nobody. Di kampus, selalu ada orang yang lebih kaya, lebih ganteng, lebih menyenangkan untuk diajak bicara, lebih cerdas. Kalau pun ada hal yang gw syukuri sewaktu kuliah, itu adalah pertama kalinya gw mengenal "the real world".

Menjelang skripsi, sebagian besar teman-teman gw mulai bekerja. Gw panik. Gw "kecurian start" dan kuatir "ga kebagian kue". David Limanus, seorang teman baik gw di kampus, berkata, "Lo tuh kayak kupu-kupu Thom. Sekarang lo masih dalam kepompong dan telat keluarnya. Tapi begitu keluar dari kepompong, lo akan menjadi kupu-kupu yang warnanya bagus banget, Full Color deh!"

Sekarang gw udah bekerja. Dan gw ingin merantau untuk menjadi lebih baik lagi. Mungkin karena gw mengikuti piramida Maslow. Mungkin karena keluarga gw begitu mengandalkan gw sebagai pencari nafkah. Mungkin karena gw ga menemukan yang gw cari disini. Mungkin karena sebagai kupu-kupu, gw ingin terbang tinggi untuk melihat dunia yang luas..




3 comments:

Looking for my geek side?