To be honest, Malaysia bukanlah target "impian kerja di luar negri" gw. Bukan juga Singapur, bukan juga Australia. Mereka terlalu dekat untuk jadi tujuan merantau. Arif Rachim, teman gw yang menawarkan kerja disini juga pasti ingat awalnya gw setengah-setengah menanggapi tawarannya.
Namun kemudian gw berubah pikiran. Gw tiba-tiba sadar umur (I'm getting 27 next January!), dan kesempatan mungkin ga datang dua kali. Gw menjadi antusias dengan tawaran teman gw, took the interview with his boss via YM. Dan... ga ada kabar selama beberapa bulan.
Suddenly I felt very useless. Gw hampir ga pernah ditolak karena kemampuan gw, biasanya gw gagal karena "harganya ga cocok". Gw bahkan sampai menulis blog tentang topik yang diragukan oleh calon bos gw, sekedar menunjukkan, "Hey, I can do that." (namun mungkin dia ga baca). Out of despair, tiba-tiba di suatu siang bolong dia mengirim YM, "Hey, still interested working here?" Of course!
OK, sang pangeran berangkat ke negeri antah berantah dengan kereta kuda dari emas, bekerja dengan gaji besar, bertemu putri impiannya lalu menikah. Cerita selesai. Not really. Life is not a fairy tale :)
Sebelumnya adik bungsu gw lulus S1 Keperawatan. Gw keluar duit. Ga lama kemudian adik gw yang paling tua dapat beasiswa S2 ke RRC, tapi tiket pesawat dan biaya hidup bulan pertama ditanggung sendiri. Keluar duit lagi. Pada awalnya gw berharap satu-dua invoice gw bisa cair menjelang gw berangkat, ternyata sampai sekarang belum cair. Di saat bersamaan, papa gw sakit dan butuh biaya berobat. Belum lagi kebutuhan sehari-hari keluarga gw. Waduh!
Kondisi finansial gw saat itu benar-benar ga mendukung. Sampai gw bilang ke teman gw, "Jika memang harus berkorban, biarlah gw ga jadi pergi. Maybe this is not my time." Untungnya seorang sahabat lama gw, Octavianus Hadi, bekerja di Malaysia dan dengan senang hati menampung gw. Lumayan hemat tempat tinggal :)
Oh ya, saat memesan tiket via Internet, teman gw sempat menyarankan untuk memilih kursi di samping kaca agar bisa memotret. Berhubung gw pelit mengeluarkan tambahan 15 ribu, gw pilih kursi acak. Akhirnya gw duduk di samping kaca juga :)
Tapi gw tetap ga bisa memotret, orang sebelah gw ngajak ngobrol dari berangkat sampai mendarat. Agak lucu juga, ternyata beliau juga orang Padang dan satu SMA dengan Mama tapi lebih muda 10 tahun. Dan konyolnya di bangku depan gw ada ibu-ibu (Padang juga!) yang jualan minyak penumbuh rambut :P Belum sampai KL udah dapat beberapa kenalan, lumayan. Oh ya, cucunya manis lho, gw sempat foto.
Sesampainya di bandara, BlackBerry gw ga berfungsi, gw lupa mengaktifkan international roaming! Untung gw tadi kenalan, jadi gw dipinjami ponsel lalu menghubungi Hadi. Gw dijemput lalu diajak ketemu teman-temannya, kebanyakan orang India Malaysia. Mereka lucu-lucu :)
Berhubung gw sampainya Sabtu dan kerjanya Senin, malamnya gw diajak jalan-jalan keliling KL sambil survei lokasi kantor. Ternyata di malam hari daerah kantor gw sangat happening, banyak banget tempat clubbing-nya (dan cewek-cewek cantik berkeliaran di jalan)! Tapi kita ga masuk karena paginya harus kesitu lagi naik kereta (supaya gw tau rutenya).
Hari Minggu kita kesana lagi. Jalan kaki dari apartemen, naik KTM (mirip kereta ekonomi Depok-Jakarta tapi ber-AC), jalan kaki, naik monorail, jalan kaki, sampai kantor. "Jalan kaki"-nya sengaja gw tulis karena LAMA. Setelah masuk gedung dan liat-liat sebentar, kita jalan-jalan ke.. duh gw lupa namanya, pokoknya ke beberapa tempat deh :D
Oh ya, dari gw tiba sampai Senin, gw mencoba berbagai macam makanan (kebanyakan gw ga ingat namanya). Bagaimana dengan Senin sampai hari ini? Well, berhubung gw pergi sendiri (kan ke kantor), menunya itu-itu aja. Sarapan burger McD McMuffin di KL Sentral, makan siang chinese food bareng teman-teman kantor, makan malam nasi Kandar di samping stasiun monorail. Kalo libur? Pesan McD karena ga ada yang jualan di dekat sini. Haiyah, membosankan!!!
Kantor gw lumayan besar, perusahaan go public, tapi keliatannya hanya gw orang Indonesia disitu. Agak bete juga ga ada teman ngobrol. Orang lokalnya berbahasa Inggris kurang fluent dan saat santai mereka ngobrol dengan bahasa Kanton(?), dan gw praktis bengong.
Minggu depan gw harus cari tempat tinggal yang lebih dekat kantor, ga enak kelamaan disini soalnya ngerepotin, hahaha. Lagipula jarak kantor-apartemen juga jauh, gw harus bangun jam 5:30 pagi dan sampai rumah di atas jam 8 malam. Ini seperti kerja di Jakarta tapi rumahnya di Cikarang :D