Beberapa hari yang lalu gw dan orang tua nyekar ke makam oma dan opa, lumayan dekat rumah. Seperti biasa, begitu kami mendekat ke makam, anak-anak yang sedang nongkrong dekat situ langsung rajin mendadak berusaha membersihkan makam oma+opa (mereka sepiring berdua, eh, semakam). Seperti biasa pula, mama langsung 'mengusir' mereka (hehe). Tapi melihat makam yang agak berantakan, papa akhirnya membiarkan mereka membersihkan.
Disinilah menariknya. Ada seorang anak yang sungguh-sungguh merapikan rumput. Ada anak yang merapikan tapi pakai gunting kertas (WTF???). Ada anak yang keliatannya bersemangat tapi ga ada ide mau ngapain. Ada anak yang sekedar pelengkap penderita alias pura-pura sibuk. Ada juga yang pura-pura menggunting tapi matanya melirik tangan gw yang sedang menghitung uang (untuk dikasih ke mereka).
Papa gw jelas mengomel (tapi bukan ke mereka). "Lihat tuh yang matanya ngeliatin uang. Kerja belum benar sudah menunggu dibayar. Gimana nanti kalau sudah gede." Sementara itu papa memuji (masih ngobrol ke gw) si anak yang sungguh-sungguh bekerja.
Bagaimana upah mereka? Awalnya gw ingin membagi rata, namun akhirnya gw kasih semua ke anak rajin itu (kebetulan dia paling besar), "Ini untuk kalian. Kamu yang bagi. Terserah kamu mau kasih berapa teman-temanmu. Kamu ga kasih juga gapapa, toh yang kerja kamu."
Di dalam mobil, papa bilang, "Lain kali kita pakai yang rajin itu aja."
Moral ceritanya cukup jelas kan?
No comments:
Post a Comment